Jakarta, Harian Umum - Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengakui, dibanding Sumatera Barat dan Sumatera Utara, Aceh merupakan wilayah terdampak paling parah dalam musibah banjir dan longsor di Sumatera pada November 2025 lalu.
"Per detik ini, dari pantauan kami, yang paling parah Aceh," kata Dody dalam konferensi pers di Kantor Kementerian PU, Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Ia menyebut indikasinya terlihat dari kondisi adanya wilayah di Aceh yang masih terisolasi karena konektivitasnya belum100 persen terbuka. Contohnya Aceh Tengah.
Meskipun, kata Dody, akses jalan di kabupaten itu sudah terbuka sedikit demi sedikit untuk kendaraan roda dua, maupun roda empat secara bergantian.
Dody mengaku saat ini Kementerian PU tengah mempercepat pekerjaan di tujuh ruas jalan nasional di Provinsi Aceh yang rusak parah akibat banjir dan longsor, karena pemulihan konektivitas menjadi prioritas utama pascabencana di wilayah Sumatera, khususnya Aceh.
“Kementerian PU terus berusaha agar akses ini kembali fungsional secepat mungkin. Jalan dan jembatan merupakan urat nadi pergerakan masyarakat dan distribusi logistik,” katanya.
Ketujuh ruas tersebut adalah:
1. Jalan Kota Bireuen–Batas Bireuen/Aceh Utara yang terputus akibat runtuhnya Jembatan Krueng Tingkeum/Kuta Blang;
2. Jalan Kota Bireuen–Batas Bireuen/Bener Meriah, tepatnya di Jembatan Teupin Mane yang telah selesai dipasang Jembatan Bailey;
3. Jalan Batas Gayo Lues/Aceh Tenggara–Kota Kutacane
4. Jalan Blangkejeren–Batas Gayo Lues/Aceh Tenggara yang terputus akibat amblas dan putusnya badan jalan di beberapa titik.
5. Jalan Batas Gayo Lues/Aceh Tenggara–Kota Kutacane;
6. Jalan Batas Aceh Tengah/Nagan Raya–Lhok Seumot–Jeuram; dan
7. Jalan Geumpang–Pameue–Genting Gerbang–Simpang Uning. Sebagian segmen telah fungsional.
(man)


