Jakarta, Harian Umum - Epidemiolog dr Tifauzia Tyassauma membantah isu bahwa hubungan dirinya dengan Roy Suryo dan Rismon Sianipar (RRT), pecah dan tidak lagi satu suara dalam "melawan" status tersangka yang disematkan Polda Metro Jaya terhadap mereka dalam kasus ijazah mantan Presiden Joko Widodo alias Jokowi.
"Dalam beberapa hari ini, saya mencermati adanya narasi yang mencoba menggiring opini publik bahwa RRT — Roy, Rismon, dan Tifa — terpecah atau tidak lagi satu suara. Dengan tenang saya pastikan: internal RRT tetap solid, kompak, dan setia pada perjuangan menegakkan kebenaran ilmiah,' kata Tifa melalui siaran tertulis di media sosialnya, Selasa (25/11/2025).
Menurut epidemiolog yang juga peneliti ini, perbedaan pendapat dalam dinamika besar adalah hal yang biasa.
"Namun, tujuan kami tidak pernah berubah: menjaga martabat ilmu pengetahuan demi masa depan bangsa Indonesia tercinta," tegasnya.
Terkait pergantian atau evaluasi terhadap penasihat hukum, Tifa menyebutnya sebagai langkah profesional yang sah, wajar, dan dibutuhkan dalam perkara besar seperti yang dihadapinya bersama Roy dan Rismon.
'Klien berhak meninjau efektivitas pendampingan hukum sepanjang proses kriminalisasi kami: mulai diperiksa sebagai saksi, meningkat menjadi terlapor, hingga kini berstatus tersangka. Semua pihak perlu bisa rumangsa, bukan rumangsa bisa. Ini bukan konflik personal; ini bagian dari upaya menata strategi terbaik dalam melindungi hak-hak kami sebagai warga negara dan akademisi," katanya.
Tifa mengungkap, sejak ia, Roy dan Rismon ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Metro Jaya, dukungan masyarakat terhadap mereka justru semakin deras dari berbagai daerah dan latar belakang.
"Itu menegaskan bahwa perjuangan ini bukan isu personal, melainkan tuntutan publik agar negara berjalan di atas kebenaran. Karena itu, saya meminta masyarakat untuk tidak teralihkan oleh isu-isu yang tidak substantif. Fokus kami tetap pada integritas dokumen publik, transparansi tata kelola, dan masa depan kepemimpinan Indonesia," tegas Tifa lagi.
Perempuan berhijab ini mengakui, ia, Roy dan Rismon sangat percaya bahwa Presiden Prabowo Subianto pun mencermati persoalan yang tengah mereka hadapi, di mana tiga ilmuwan sedang bekerja menegakkan kebenaran dan mendukung Good and Clean Governance, terutama dalam hal dokumen publik pejabat.
"Langkah yang kami tempuh ini justru berkontribusi positif bagi performa pemerintahan beliau ke depan," katanya.
Tifa menilai, isu yang tidak dituntaskan dengan baik, sebagaimana halnya isu tentang ijazah Jokowi, pada akhirnya akan menjadi beban sejarah bagi bangsa ini.
Karenanya, kata dia, persoalan terkait integritas dokumen publik (ijazah Jokowi, red) harus diselesaikan melalui mekanisme yang adil dan objektif.
"Kami akan terus menjalankan peran akademik dan konstitusional kami agar bangsa ini melangkah ke depan tanpa warisan ketidakpastian dari masa lalu," pungkasnya. (rhm)







