Gaza, Harian Umum - Tujuh staf kantor berita Al Jazeera di Kota Gaza, Palestina, tewas akibat tenda yang menampung mereka di depan Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, diserang tentara Israel, Minggu (10/8/2025)..
Di antara korban tewas lima di antaranya merupakan jurnalis, salah satunya koresponden Anas al-Sharif yang dikenal sebagai jurnalis yang terus memberitakan situasi di Jalur Gaza selama serangan Israel ke wilayah Palestina yang didudukinya itu.
"Pasukan Israel telah menewaskan lima staf Al Jazeera, termasuk koresponden Anas al-Sharif, dalam serangan terarah terhadap tenda media mereka di luar Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza," kata Al Jazeera, Senin (11/8/2025).
Melalui sebuah pernyataan, militer Israel mengklaim telah menyerang seorang koresponden Al Jazeera di Gaza yang ditudungnha sebagai teroris yang menyamar sebagai jurnalis. Orang yang dimaksud adalah Anas al-Sharif.
“Baru saja, di Kota Gaza, IDF menyerang Anas Al-Sharif, yang menyamar sebagai jurnalis untuk jaringan Al Jazeera. Anas Al-Sharif menjabat sebagai kepala sel teroris di organisasi teroris Hamas dan bertanggung jawab atas peluncuran serangan roket terhadap warga sipil Israel dan pasukan IDF,” kata militer militer Israel di Telegram.
Namun, Al Jazeera membantah tudingan itu.
"Militer Israel mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut, namun dengan disertai tuduhan palsu bahwa al-Sharif memimpin sebuah unit sayap bersenjata Hamas," katanya
Selain al-Sharif, jurnalis Al Jazeera yang tewas akibat serangan itu adalah koresponden Al Jazeera Mohammed Qreiqeh, juru kamera Ibrahim Zaher dan Moamen Aliwa, serta asisten mereka Mohammed Noufal.
Sebelum tewas, Anas al-Sharif diketahui sempat menulis di akun media sosial X miliknya, bahwa Israel melancarkan pengeboman intens dan terkonsentrasi, atau yang disebut sebagai “sabuk api”, di wilayah timur dan selatan Kota Gaza.
Dalam video terakhirnya, terdengar dentuman keras serangan rudal Israel. Kilatan cahaya jingga dari ledakan rudal tersebut terlihat menerangi langit malam yang gelap.
Sebelumnya, pada Minggu (6/4/2025), ia sempat menulis pesan yang diminta untuk dipublikasikan jika dirinya meninggal. Dalam pesan itu, al-Sharif mengungkapkan rasa sakit yang mendalam, kesedihan, dan kehilangan yang terus berulang.
“Bahkan tubuh anak-anak dan perempuan kami yang hancur pun tidak menggerakkan hati kalian atau menghentikan pembantaian yang telah dialami rakyat kami selama lebih dari satu setengah tahun. Meskipun demikian, saya tidak pernah ragu menyampaikan kebenaran apa adanya, tanpa distorsi atau manipulasi, dengan harapan Tuhan akan menyaksikan mereka yang tetap diam, mereka yang menerima pembunuhan kami, dan mereka yang mencekik napas kami,” tulisnya,
sebagaimana dilansir Al Jazeera, Senin (11/8/2025). Ia juga menuturkan kesedihannya karena harus meninggalkan istrinya, Bayan, serta tidak dapat melihat putranya, Salah, dan putrinya, Sham, tumbuh dewasa.
Koresponden Al Jazeera, Hani Mahmoud, yang bekerja untuk saluran berbahasa Inggris, berada hanya satu blok dari lokasi kejadian saat serangan terjadi. Ia menyebut, kematian Anas al-Sharif sebagai hal tersulit yang harus ia laporkan selama 22 bulan terakhir perang berlangsung.
“Para reporter ini dibunuh karena liputan tanpa henti mereka mengenai kelaparan dan kekurangan gizi yang dialami warga Palestina di Gaza. Mereka dibunuh karena menyampaikan kebenaran tentang kejahatan ini kepada semua orang,” katanya.
Perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 61.430 orang dan melukai 153.213 orang. Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang ditawan. (man)