Athena, Harian Umum - Kementerian Luar Negeri Israel pada Senin (6/10/2025) mendeportasi 161 aktivis yang ditangkap saat mencoba memasok bantuan untuk warga Gaza, Palestina, dengan menggunakan kapal-kapal yang berlayar ke negara tersebut.
"Dengan demikian, aktivis yang sudah dideportasi Israel sejauh ini sebanyak 341 orang," kata Al Jazeera dikutip Selasa (7/10/2025).
Ke-171 aktivis yang dideportasi termasuk 27 warga Yunani dan 134 warga negara dari 15 negara lain, termasuk aktivis Swedia Greta Thumberg yang beberapa waktu lalu dikabarkan hilang pada Juni 2025 lalu setelah kapalnya dibajak tentara Israel.
Al Jazeera melaporkan, Kementerian Luar Negeri Yunani mengonfirmasi bahwa ke-161 aktivis yang dideportasi tersebut telah tiba di negaranya dengan pesawat pada Senin (6/10/2025).
Kepada media yang langsung merubungi para aktivis itu saat keluar dari Bandara Athena, Greta Thumberg langsung membeberkan apa yang dia lihat di Gaza.
“Saya ingin menegaskan; ada genosida yang sedang terjadi di sana,” katanya.
Ia juga menuding bahwa sistem internasional tidak mampu mengendalikan, apalagi mencegah, kejahatan kemanusiaan itu.
“Sistem internasional kita mengkhianati Palestina. Mereka bahkan tidak mampu mencegah terjadinya kejahatan perang terburuk,” katanya.
Perempuan 22 tahun itu menegaskan, ia dan aktivis lain menempuh bahaya untuk membantu masyarakat Gaza karena tahu negaranya pun tak mampu bertindak, sehingga mereka sendiri yang turun tangan.
"Tujuan kami (ke Gaza) dengan Global Sumud Flotilla adalah untuk bertindak ketika pemerintah kami gagal memenuhi kewajiban hukum mereka," tegasnya.
Greta diduga dianiaya pasukan Israel saat ditahan. Jurnalis Turki dan peserta Sumud Flotilla, Ersin Celik, sebelumnya memberi kesaksian kepada media lokal tentang bagaimana perempuan muda itu "diseret di tanah" dan "dipaksa mencium bendera Israel".
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Slovakia mengonfirmasi bahwa 10 orang yang ikut dideportasi Israel telah tiba di negaranya, di mana satu orang di antaranya adalah warga Slovakia dan sembilan lainnya warga Belanda, Kanada, dan Amerika Serikat.
Massa yang berkerumun bersama media di Bandara Athena untuk menyambut kedatangan Greta dan kawan-kawan, di antaranya ada yang membentangkan bendera Palestina berukuran besar, dan meneriakkan "Kebebasan untuk Palestina" dan "Hidup Flotilla (Armada, red)!"
Di antara mereka yang tiba di Athena, yaitu Rima Hassan, seorang anggota Parlemen Eropa keturunan Prancis-Palestina, melaporkan bahwa dirinya dipukul oleh polisi Israel setelah Global Sumud Flotilla yang ia naikinbersama Greta, dicegat dan dibajak tentara Israel.
"Saya dipukuli oleh dua petugas polisi ketika mereka memasukkan saya ke dalam van," ujarnya kepada AFP.
Hassan mengatakan ia dan tahanan lainnya ditahan dalam kelompok hingga 15 orang per sel di atas kasur di sebuah penjara Israel dengan keamanan tinggi.
Global Sumud Flotilla berangkat dari Barcelona di Spanyol pada awal September 2024 dan dicegat oleh Angkatan Laut Israel di perairan internasional saat mendekati Gaza.
Polisi Israel mengatakan lebih dari 470 orang di atas kapal-kapal armada tersebut ditangkap.
Kementerian Luar Negeri mengatakan kepada AFP bahwa 138 peserta armada masih ditahan di Israel. (man)