Jakarta, Harian Umum - Pengamat Intelijen dan Geopolitik Amir Hamzah menyoroti munculnya ketegangan antara kelompok Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) dengan sebagian kalangan habaib, yang dalam beberapa pekan terakhir memicu perdebatan dan insiden di sejumlah daerah.
Ia menyebut, konflik itu bukan terjadi secara alami, melainkan didesain oleh pihak tertentu yang menjadi aktor intelektualnya untuk mengguncang stabilitas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
"Ada aktor intelektualnya dengan tujuan mengganggu stabilitas pemerintah," kata Amir Hamzah dalam keterangannya seperti dikutip Rabu (8/10/2025).
Ia menyebut, konflik ini berbahaya karena menghadap-hadapkan dua kelompok yang sama-sama memiliki basis keagamaan yang kuat, memiliki pengaruh kuat di akar rumput dan sama-sama berperan dalam menjaga nilai-nilai keislaman di Indonesia.
Lebih berbahaya lagi karena narasi yang ditonjolkan adalah perbedaan garis keturunan, tradisi, dan tafsir keagamaan.
"Jika dibiarkan, pertikaian ini bisa melebar menjadi konflik horizontal dengan dimensi sosial dan politik yang sulit dikendalikan. Bahkan, konflik ini bisa menjadi bom waktu yang mengancam persatuan nasional," katanya.
Amir bahkan mengatakan bahwa narasi yang dimainkan dalam konflik ini sudah mengarah ke polarisasi sosial.
"Pengalaman sejarah menunjukkan, provokasi berbasis agama dan keturunan kerap digunakan untuk melemahkan kekuasaan yang sah," kata dia.
Terkait adanya aktor intelektual di balik konflik ini, Amir meyakini kalau " Sang Dalang" merasa terancam oleh konsolidasi kekuasaan nasional yang mulai menguat, sehingga berupaya memecah dukungan melalui isu-isu sensitif karena jika dibiarkan, ia dan kelompoknya akan terlibat
"Karena itu saya minta aparat penegak hukum dan lembaga intelijen bertindak cepat. Identifikasi aktor intelektual itu, karena pendekatan keamanan saja tidak cukup mengingat akar masalahnya bersifat psikologis dan ideologis," katanya.
Ia mengingatkan, negara harus hadir bukan hanya dengan kekuatan hukum, tapi juga dengan komunikasi sosial.
"Intelijen harus bekerja secara halus untuk memetakan sumber provokasi, sementara tokoh-tokoh agama diajak duduk bersama,” katanya.
Ia juga menyarankan agar pemerintah melakukan dialog nasional lintas ulama yang melibatkan perwakilan habaib dan PWI-LS untuk meredakan ketegangan dan mengembalikan semangat ukhuwah Islamiyah.
Dalam analisisnya, Amir melihat munculnya konflik ini tak lepas dari upaya pihak tertentu yang mencoba menguji daya tahan pemerintahan baru terhadap gejolak sosial.
Isu agama, kata Amir, selalu menjadi alat paling efektif untuk menggerakkan emosi publik — terlebih menjelang masa-masa awal konsolidasi pemerintahan.
“Aktor di balik ini ingin menciptakan kesan bahwa pemerintahan Prabowo tidak solid menghadapi dinamika sosial. Kalau isu ini terus dipelihara, bisa menjadi amunisi bagi kelompok oposisi atau kekuatan luar negeri yang ingin melihat Indonesia goyah,” pungkasnya. (man).