Tel Aviv, Harian Umum - Pemerintah Israel menyetujui perjanjian gencatan senjata "tahap pertama" yang akan mencakup pertukaran tawanan dan penarikan Israel dari sebagian wilayah Gaza.
"Namun, detail tentang bagaimana perjanjian ini selaras dengan rencana yang lebih luas untuk mewujudkan perdamaian abadi, masih belum jelas," kata Al Jazeera, Jumat (10/10/2025).
.
Khalil al-Hayya, kepala tim negosiasi Hamas, mengatakan, pihaknya telah menerima jaminan dari AS dan para mediator bahwa kesepakatan tahap pertama perjanjian gencatan senjata berarti perang di Gaza "telah berakhir sepenuhnya".
Ratifikasi rencana perdamaian oleh pemerintah Israel, yang dikonfirmasi pada Jumat dini hari tadi, membuka jalan bagi penghentian pertempuran di Gaza dalam waktu 24 jam, sementara Hamas diberi waktu 72 jam untuk membebaskan tawanan Israel.
"Namun, persetujuan kesepakatan gencatan senjata itu dilaporkan diwarnai penolakan oleh faksi-faksi sayap kanan Israel. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir sebelumnya mengatakan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bahwa ia tidak akan menjadi bagian dari pemerintahan mana pun "yang akan membiarkan Hamas berkuasa di Gaza"," kata Al Jazeera.
Sejak perang Hamas vs Israel meletus pada 7 Oktober 2023 yang diawali serangan dadakan Hamas ke Israel, sedikitnya 67.194 orang dinyatakan tewas dan 169.890 orang lainnya luka-luka.
Perang yang dipicu kebijakan sepihak Israel yang akan menggusur warga Palestina dari wilayah Sheikh Jarrah, Yerusalem, itu juga diyakini telah mengubur ribuan warga Palestina di bawah reruntuhan bangunan yang dihancurkan Israel.
Di sisi lain, sejak perang berkecamuk, sebanyak 1.139 warga Israel tewas, dan sekitar 200 orang ditawan Hamas. (man)