Sidoarjo, Harian Umum – Jumlah korban meninggal dunia akibat ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, bertambah menjadi 15 hingga Sabtu (4/10/2025).
Dari 15 orang yang meninggal, lima jenazah di antaranya telah dapat diidentifikasi oleh tim DVI Polda Jatim.
"Satu korban lagi ditemukan di sektor A2 sekitar pukul 14.35 WIB. Dengan adanya satu korban meninggal yang baru saja dievakuasi ini, total sudah ada 15 orang korban meninggal dunia,” kata Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang Sigit..
Menurut informasi, total korban ambruknya musala Ponpes Al Khoziny sebanyak 167 orang. Dari jumlah itu, 119 orang telah ditemukan di mana 103 orang di antaranya selamat, 15 orang meninggal dunia, dan 2 kembali ke rumah tanpa perawatan medis.
Dari 119 korban selamat, 14 orang masih dirawat di rumah sakit, 89 orang sudah pulang, dan 1 dirujuk ke RS di Mojokerto.
Dengan demikian, 48 orang masih dalam pencarian.
Proses identifikasi jenazah korban runtuhan Ponpes Al-Khoziny tidak berjalan mudah. Kepala Bidang DVI Pusdokkes Polri, Kombes Pol dr Wahyu Hidajati, menjelaskan ada empat hambatan utama yang dihadapi tim forensik:
1. Sidik jari rusak dan minim data biometrik
Banyak jenazah mengalami kerusakan di bagian jari, sehingga sulit untuk dicocokkan melalui sistem biometrik MAMBIS. Selain itu, sebagian besar korban adalah remaja berusia 12–15 tahun yang belum memiliki KTP atau data biometrik resmi.
2. Tidak ada ciri khas pada gigi
Identifikasi melalui rekam gigi juga terkendala karena tidak ditemukan kondisi gigi yang unik. Data ante-mortem dari keluarga pun minim informasi detail tentang struktur gigi anak-anak yang hilang.
3. Pakaian seragam tanpa identitas
Saat kejadian, para santri mengenakan pakaian seragam berupa baju koko putih dan sarung untuk salat Asar. Tidak ada label, nama, atau penanda khusus yang bisa membantu proses identifikasi.
4. Minim informasi ciri fisik dari keluarga
Pihak keluarga sulit memberikan keterangan pembeda, seperti letak tahi lalat, tanda lahir, atau bekas luka. Jika ada yang mengaku hafal, pencocokan masih menunggu pembanding yang valid.
Karena kendala tersebut, tes DNA menjadi pilihan terakhir.
Tes ini dinilai paling akurat, namun bisa memakan waktu hingga dua minggu jika kondisi jaringan tubuh sudah rusak atau membusuk. (man)




