Jakarta, Harian Umum - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan, sumber gempa dengan magnitudo 6,5 pada Jumat pukul 15:52 WIB lebih dekat dengan Pulau Bawean, Jawa Timur, dibanding dengan Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Gempa ini berpusat di koordinat 5,76 LS - 112.33 BT dari kedalaman 10 kilometer. Koordinat itu berada 130 kilometer di Timur Laut Tuban.
"Berdasarkan kedekatan dengan sumber gempa dan tingkat makroseismik/dampak gempa, maka nomenklatur yang tepat adalah GEMPA BAWEAN bukan GEMPA TUBAN," kata Daryono di akun X-nya, Sabtu (23/3/2024).
Hasil monitoring Gempa Bawean oleh BMKG hingga Sabtu (23/3/2024) pukul 12.00 WIB tercatat telah terjad 167 kali gempa dengan frekunsi kejadian yang semakin jarang.
"Jika kemarin dalam satu jam mencapai 19 kali gempa, data terkini tunjukkan 1 jam hanya 3 gempa. Semoga kondisi segera stabil dan aman kembali," imbuh Daryono.
Ia menjelaskan, Gempa Bawean banyak susulanya karena karakter gempa kerak dangkal terjadi di batuan kerak permukaan yang batuannya heterogen, sehingga canderung rapuh (brittle) dan mudah patah, berbeda dengan gempa kerak samudera yang batuan homogen-elastik (ductile), sehingga miskin gempa susulan, bahkan tanpa susulan.
Selain hal itu, Daryono juga mengatakan kalau Gempa Bawean banyak susulannya, karena wilayah Pulau Bawean dan sekitarnya berada pada zona suture yang mengindikasikan jejak keberadaan sesar-sesar utama yang berusia tua.
"Gempa Bawean M5,9 & 6,5 pada 22 Maret 2024 menjadi bukti bahwa jalur sesar di Laut Jawa masih aktif, sekaligus menjadi pengingat kita agar selalu waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang jalurnya dekat pulau berpenduduk, karena gempa dapat terjadi dan berulang kapan saja," kata dia.
Daryono mencontohkan rangkaian sejarah gempa merusak di Jatim Utara dan estimasi kekuatannya. Pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa ancaman gempa tidak hanya berasal dari selatan (subduksi lempeng/megathrust), tetapi juga dari sesar aktif di daratan dan di laut utara Jatim.
Meski demikian, Daryono mengatakan bahwa pembangkit Gempa Bawean M5,9 & M6,5 pada 22 Maret 2024 diduga Sesar Muria (Laut) menurut Peter Lunt (2019).
"Jika pola ini (banyak gempa susulan, red) stabil, maka tipe Gempa Bawean adalah: GEMPA PEMBUKA - GEMPA UTAMA-GEMPA SUSULAN," katanya.
Seperti diketahui, gempa besar pada Jumat (22/3/2024) berawal dari terjadinya gempa magnitudo (M) 6,1 yang kemudian dimutakhirkan menjadi 6,0 dan dimutakhirkan lagi menjadi 5,9 dan terjadi pukul 11:22 WIB.
BMKG melansir, gempa ini berpusat di koordinat 5,74 LS - 112,32 BT yang berjarak 132 kilometer di Timur Laut Tuban dari kedalaman 10 kilometer. Koordinat tersebut berada di Laut Jawa, dan menurut Daryono, kordinat itu hanya berjarak 37 kilometer arah Barat Pulau Bawean.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi Laut Jawa M5,9 merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif di laut Jawa. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip),' kata Daryono di akun X-nya.
Gempa ini, juga gempa dengan magnitudo 6,5 yang terjadi Jumat (22/3/2024) pukul 15;62 WIB, tidak memicu tsunami karena gempa-gempa ini tidak cukup kuat membuat deformasi dasar laut hingga menimbulkan gangguan kolom air laut.
Dari respon netizen di akun X Daryono diketahui kalau terjadi banyak kerusakan di Pulau Bawean, tetapi tidak ada datanya.
"Kerusakan yang paling parah akibat gempa ini di p. Bawean banyak rumah rusak," kata @mikayLabinar.
"Riil. Bawean itu dkt dekat, bahkan warganya sangat terdampak. Banyak kerusakan disana," lapor @muut_xx. (rhm)