Jakarta, Harian Umum - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana membantah maraknya keracunan akibat mengonsumsi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) disebabkan oleh sabotase.
Berdasarkan temuan BGN, sejauh ini penyebab kasus keracunan MBG disebabkan kelalaian terhadap prosedur.
"Sejauh ini akibat lalai terhadap SOP (standard operating procedure)," kata Dadan seperti dilansir Kompas.com, Selasa (30/9/2025).
Sebelumnya, Dadan menyampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto bahwa sebagian besar kasus keracunan terjadi pada dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang baru beroperasi.
"Data menunjukkan bahwa kasus banyak dialami oleh SPPG yang baru beroperasi, karena SDM masih membutuhkan jam terbang," katanya, Minggu (28/9/2025).
Hingga saat ini, total SPPG yang telah beroperasi mencapai 9.615 unit dan telah melayani kurang lebih 31 juta penerima manfaat.
Selain kelalaian dalam SOP, Dadan menyebutkan, faktor lain yang turut memicu insiden keracunan meliputi kualitas bahan baku, serta kondisi air.
Untuk diketahui, kasus keracunan MBG makin meluas ke berbagai daerah, seperti Cianjur, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang, Kebumen, dan Lampung Timur.
Menurut data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) per 21 September 2025, tak kurang dari 6.452 anak keracunan menu MBG sejak program prioritas Prabowo-Gibran ini diluncurkan pada awal tahun ini.
Kasus terakhir yang menyita perhatian terjadi di Bandung Barat, Jawa Barat, tepatnya di Cipongkor dan Cihampelas pada 22 dan 24 September 2025.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat Lia Nurliana mengatakan, tercatat 1.258 siswa keracunan menu MBG di kedua wilayah tersebut. Sebagian besar dari mereka mengeluhkan mual dan mengalami muntah.
Banyaknya korban membuat Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail menetapkan peristiwa itu sebagai kejadian luar biasa (KLB), dan 85 dapur MBG di Cipongkor ditutup karena sebagian besar terbukti belum memiliki sertifikat kelayakan. (man)