Jakarta, Harian Umum - Direktur Operasional Tranjakarta Daud Joseph mengatakan saat ini tengah mengkaji rencana pemasangan kamera atau CCTV untuk menilang secara elektronik kendaraan yang menerobos busway dengan bekerja sama dengan Ditlantas Polda Metro Jaya. Sebab dengan pemasangan kamera bukan saja akan menekan angka pelanggaran lalu lintas saja, namun akan mengubah budaya pengendara.
"Saat ini pihak Ditlantas Polda Metro Jaya tengah menguji coba pemasangan kamera di jalur busway. Hasilnya pelanggaran langsung menurun dari 400 pelanggar per hari menjadi hanya 80 hingga 90 pelanggar. Sebab pihak Ditlantas langsung menghubungi pelanggar lewat SMS," kata Daud saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Senin (17/2/2019).
Daud melanjutkan dengan adanya uji coba tersebut, pihaknya saat ini langsung mengkaji rencana pemasangan kamera di jalur busway. "Dari uji coba itu, kita langsung mendalami hal tersebut. Kira-kira jika dipasangi kamera di jalur busway, akan memungkinkan atau tidak. Kita terus studi lebih dalam soal itu," ucap Daud.
Daud berharap dengan pemasangan kamera di jalur busway tidak hanya menekan jumlah pelanggar lalu lintas yang menerobos jalur busway namun juga mengubah prilaku pengendara. "Mudah-mudahan dengan adanya kamera di jalur busway bukan hanya menangkap pelanggarnya saja, namun bisa mengubah budaya. Biasanya pengendara hanya takut apabila ada polisi di ujung jalur busway. Nah dengan kamera, diharapkan mereka takut karena menerobos jalur busway adalah kesalahan," terang Daud.
Selain itu menurut Daud, pemasangan kamera dapat membantu berjalannya bus lebih lancar. “Jualannya kan Transjakarta tepat waktu, cepat. Gimana caranya cepat, jalur harus steril. Kalau mau dibela-belain, walaupun duit sedikit saya bela-belain. Menciptakan rapid itu. Ini bukan uang lebih buat kita beliin sesuatu. Tapi justru ini adalah tujuan utama,” ujar Daud.
Bila terlaksana, maka kamera akan dipasang di setiap sisi halte Transjakarta. Dengan total 255 halte maka dibutuhkan sekitar 510 kamera di seluruh Jakarta.
Namun, kamera ini belum bisa menangkap pelanggar yang menggunakan sepeda motor. Inilah yang harus diselesaikan oleh Transjakarta bila sistem baru ini ingin terlaksana.
“Tapi ada satu faktor nih, ternyata itu masih struggling mencari plat motor. Padahal faktanya di jalur TJ itu yang melanggar biasanya adalah motor. Mostly adalah motor,” ujar Daud.
Daud menambahkan, untuk mengatasi hal itu, pihaknya masih menjajaki sejumlah pihak ketiga yang terkait pengadaan kamera.
“Pertama saya harus tahu dulu berapa nilainya. Nanti baru saya akan panggil supplier-suppliernya kalau memang itu visible. Nanti saya challange supplier plat nomor (sepeda motor) bisa kebaca,” tandasnya. (Zat)







