Jakarta, Harian Umum - Dewan Pengurus Pusat (DPP).Dharmapala Nusantara - Forum Aktivis Buddhis Bersatu (FABB) menolak pemasangan stairlift (mesin tangga angkut) di Candi Borobudur, baik permanent maupun non permanen.
Dikutip dari siaran tertulisnya, Kamis (29/5/2025), Ketua Umum Dharmapala Nusantara - FABB, Kevin Wu, mengatakan, Candi Borobudur adalah monumen sakral yang keagungan dan nilai universalnya terletak pada
keaslian material, desain, teknik pengerjaan, serta lanskap visualnya yang harmonis.
"Pemasangan instalasi modern, sekalipun diklaim "ringan" dan "tidak menembus batu", secara inheren akan mengintroduksi elemen asing yang berpotensi mengganggu otentisitas visual dan pengalamanspiritual pengunjung," imbuhnya.
Terkait adanya penjelasan dari Menteri Kebudayaan Fadli Zon bahwa stairlift bukan eskalator masif dan non permanen, serta tidak merusak, Wu mengatakan bahwa Dharmapala Nusantara - FABB tetap memandang pemasangan instalasi itu dengan kekhawatiran dan sejumlah pertanyaan kritis yang mendasar, termasuk soal.otentisitas dan integritas fisik Candi Borobudur.
"Alasan peningkatan aksesibilitas, termasuk untuk kunjungan kenegaraan yang bersifat insidental, hemat kami, tidak serta-merta dapat menjustifikasi intervensi fisik, sekecil apapun klaimnya pada mahakarya adiluhung yang telah bertahan melintasi zaman ini. Candi Borobudur bukan sekedar monumen atau benda purbakala, ini adalah monumen hidup yang memberikan pesan moral dan kebijaksaan bagi siapa saja yang mengunjunginya. Untuk mendapatkan pengalaman dan pesan yang disampaikan oleh Candi Borobudur, setiap pengunjung hendaknya melakukan pradaksina/mengelilingi Candi Borobudur di setiap tingkatannya, karena di sana ada relif-relif yang menyimpan pesan moral, spiritual dan kebijaksanaan yang universal dan sangat bermanfaat bagi umat manusia," jelasnya.
Wu menegaskan, jika mengunjungi Candi Borobudur dengan langsung menaiki puncaknya, seseorang tidak akan memperoleh manfaat apapun, kecuali melihat pemandangan, karena cerita-cerita moral yang terpahat pada dinding-dinding Candi Borobudur tidak didapatkan, sehingga dengan demikian tujuan mengunjungi
Candi Borobudur hanya sebatas wisata biasa.
Ia.pun.mempertanyakan, apakah klaim pemasangan stairlift "tidak merusak" telah melalui uji tuntas secara independen dan transparan yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik, khususnya dampak jangka panjang dari getaran mikro, tekanan, atau perubahan kondisi permukaan batu saat stairlift dipasang dan ketika dioperasikan, meski secara temporer?
"Kami juga melihat pemasangan stairlift ini menjadi ironi jika dibandingkan dengan upaya konservasi yang selama ini dilakukan pemerintah terhadap Candi Borobudur. Kami memahami dan mendukung kebijakan ketat seperti kewajiban penggunaan sandal khusus (upanat) oleh pengunjung demi melindungi setiap jengkal batuan candi dari abrasi, karena kebijakan ini menunjukkan betapa rapuhnya material candi dan betapa seriusnya kita dalam upaya pelestariannya," sambung Wu.
Atas dasar itu, Wu pun mempertanyakan bagaimana pihaknya dapat menerima pemasangan instalasi mekanis seperti stairlift yang secara bobot dan potensi gesekan jelas jauh melampaui dampak alas kaki?
"Pemasangan stairlift dengan kebijakan penggunaan upanat itu merupakan sebuah kontradiksi yang patut dipertanyakan secara mendalam. Bukankah ini sebuah langkah mundur dari semangat konservasi yang telah dibangun?' katanya.
Dharmapala Nusantara - FABB, juga menyoroti urgensi dan proporsionalitas pemasangan stairlift itu, karena selama berpuluh-puluh tahun masyarakat, termasuk Lansia dan mereka yang memiliki keterbatasan fisik, telah mengunjungi Borobudur dan menerima kondisi candi itu seperti apa adanya. Banyak yang memilih untuk tidak memaksakan diri naik ke tingkat atas demi menghormati keterbatasan fisik pribadi
maupun integritas candi.
Wu pun mempertanyakan, apakah ada desakan publik yang masif untuk tersedianya fasilitas semacam itu? Atau ini lebih didorong oleh kebutuhan pragmatis jangka pendek yang mengorbankan prinsip pelestarian jangka panjang?
"Kami menolak dengan tegas wacana pemasangan stairlift secara permanen. Instalasi tersebut, bahkan jika hanya sementara, akan mencemari visual autentik Candi Borobudur dan berpotensi membuka preseden bagi intervensi-intervensi teknologi lainnya di masa depan. Candi Borobudur bukanlah taman hiburan yang dapat ditambahi fasilitas artifisial demi kenyamanan sesaat. Kesakralan dan kemegahannya justru terpancar dari keaslian dan kesederhanaan aksesnya yang menuntut penghormatan," tegasnya.
Sebagai solusi, Dharmapala Nusantara - FABB mendukung penuh saran untuk mengembangkan teknologi Virtual Reality (VR) atau Augmented Reality (AR) tiga dimensi (3D) sebagai sarana alternatif bagi pengunjung Candi Borobudur yang tidak mampu secara fisik untuk naik dan menjelajahi setiap detail candi, karena teknologi ini tidak hanya bersifat noninvasif dan tidak menambah beban fisik pada struktur candi, tetapi juga mampu memberikan pengalaman yang kaya dan edukatif, bahkan menjangkau audiens global yang lebih luas.
Berdasarkan hal tersebut, kepada Istana Kepresidenan dan Kementerian Kebudayaan, Dharmapala Nusantara - FABB menyampaikan tuntutan dan seruan sebagai berikut:
1. Meninjau ulang secara kritis dan komprehensif urgensi serta dampak pemasangan stairlift di Candi Borobudur, dengan memprioritaskan prinsip kelestarian otentisitas dan integritas cagar budaya di atas pertimbangan pragmatis lainnya.
2. Memastikan bahwa pemasangan stairlift (jika tetap dipaksakan karena alasan kenegaraan yang sangat mendesak) bersifat benar-benar temporer, dengan batas waktu penggunaan yang jelas dan segera dibongkar total tanpa meninggalkan jejak sedikitpun setelah tujuan insidentalnya tercapai.
3. Menolak setiap usulan untuk menjadikan stairlift sebagai fasilitas permanen di Candi Borobudur.
4. Mengalokasikan sumber daya untuk pengembangan teknologi alternatif non-invasif (seperti VR/AR) sebagai solusi jangka panjang untuk aksesibilitas dan edukasi.
5. Menjamin transparansi penuh dalam setiap proses pengambilan keputusan terkait Candi Borobudur, termasuk mempublikasikan hasil kajian dampak cagar budaya (Heritage Impact Assessment) yang independen dan kredibel sebelum tindakan apapun dilakukan.
Kepada Balai Konservasi Borobudur (BKB), Dharmapala Nusantara - FABB, menyampaikan tuntutan dan seruan sebagai berikut;
1. Melaksanakan fungsi pengawasan melekat dengan integritas tertinggi dan independensi penuh selama proses perencanaan, pemasangan, operasional (jika ada), dan pembongkaran stairlift.
2. Memastikan bahwa setiap klaim "tidak merusak", "tidak menembus batu", dan "nonpermanen" benar-benar terwujud di lapangan dan dapat dibuktikan secara ilmiah.
3. Berani menolak atau menghentikan proses jika ditemukan adanya potensi sekecil apapun yang dapat merugikan struktur, estetika, dan nilai otentisitas Candi Borobudur.
4. Menyampaikan laporan pengawasan secara berkala dan terbuka kepada publik.Kepada Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan Ratu Boko dan PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Injourney):
Mendesak Injourney sebagai entitas pengelola dan holding BUMN pariwisata yang bertanggung jawab atas operasional dan pengembangan kawasan Candi Borobudur, untuk:
1. Akuntabilitas terhadap Standar Internasional Pengelolaan Situs Warisan Dunia:
- Mempublikasikan hasil konsultasi atau tinjauan (jika ada) dengan komite atau ahli warisan budaya UNESCO sebelum rencana pemasangan stairlift ini diputuskan.
- Memberikan jaminan bahwa setiap keputusan terkait pengembangan fasilitas di Candi Borobudur akan selalu merujuk dan mematuhi Operational Guidelines for the Implementation of the World Heritage Convention.
2. Prioritas pada Inovasi Non-Invasif dan Edukasi Publik:
- Mengalihkan fokus dan sumber daya secara signifikan untuk mempercepat pengembangan dan implementasi teknologi seperti Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan Pusat Interpretasi Digital yang canggih sebagai solusi utama untuk aksesibilitas dan pengalaman mendalam bagi pengunjung yang memiliki keterbatasan fisik, alih-alih melakukan intervensi fisik pada struktur candi.
- Meningkatkan upaya edukasi kepada publik dan calon pengunjung mengenai nilainilai universal Candi Borobudur, tantangan pelestariannya, dan pentingnya menghormati batasan fisik candi, sehingga terbangun kesadaran kolektif untuk menjaga warisan ini.
Untuk diketahui, kebijakan pemerintah memasang stairlift di Candi Borobudur terkait kunjungan Presiden Perancis Emmanuel Macron ke Indonesia yang pada Kamis (29/5/2025) ini juga akan ke Candi Borobudur.
Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau InJourney Maya Watono mengatakan, pembangunan stairlift merupakan bagian dari rencana jangka panjang. Pihaknya bahkan telah membuat masterplan bersama kementerian/lembaga lain untuk lima tahun ke depan.
Saat ini, stairlift dibangun portable atau bongkar pasang.
"Memang momentum ini sangat baik untuk 'mencoba'. Makanya, kami buat stairlift ini portable, bisa bongkar pasang, tapi kami ingin mengundang para wisatawan yang sebelumnya tidak bisa naik candi boleh mencoba (dengan stairlift)," kata Maya dalam media briefing di kompleks Candi Borobudur, Selasa (27/5/2025).
Selain itu, katanya, pengadaan stairlift untuk mengakomodasi biksu yang memiliki kendala mobilitas.
"Kita tahu Candi Borobudur ini curam sekali, 46 derajat, dan sangat licin. Jika stairlift ini berhasil, dia berharap ini bisa menjadi solusi permanen untuk Borobudur," katanya lagi.
Dia bahkan meyakini, ketika Candi Borobudur dapat dibuka untuk lebih banyak wisatawan, diperkirakan devisa untuk Indonesia akan sangat tinggi.
Akan tetapi, Maya mengaku, rencana stairlift permanen tetap mempertimbangkan kajian dari pihak-pihak terkait. (rhm)