Jakarta, Harian Umum- Mantan Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Agama (Kemenag), M Jasin, membongkar habis-habisan praktik jual beli jabatan di kementerian itu yang akhirnya membuat mantan Ketua Umum PPP M Romahurmuziy ditangkap KPK.
Ia membongkar borok ini dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC) TVOne, Selasa (19/3/2019) malam.
Jasin menjelaskan, praktik jual beli jabatan itu makin gila pada 2016, setelah ia dipaksa mundur oleh Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin. Saking gilanya, praktik itu juga terjadi dari pusat hingga daerah, bahkan hingga tingkat pendidikan madrasah.
"Saya menjadi Irjen Kemenag karena direkomendasikan Presiden SBY karena melihat di Kemenag banyak korupsi,' katanya.
Diakui, awalnya, setelah tidak menjadi komisioner KPK, ia mendaftar sebagai calon Kepala LAN, namun Dipo Alam, Seskab SBY saat itu, menelepon dan memintanya menjadi Irjen Kemenag.
Jasin mengaku sempat menunjukkan minat menjadi pejabat di Kemenag, namun karena Dipo Alam mengatakan bahwa menurut SBY, dia cocok di Kemenag, akhirnya dia mau.
Jasin mengakui kalau saat menjadi Irjen Kemenag, ia banyak melakukan penindakan disiplin, termasuk untuk pejabat Kemenag di daerah, termasuk di Kabupaten Majalengka, sehingga tidak disukai banyak pihak dan kemudian diminta mundur oleh Menag, namun ia menolak karena menurutnya, jika ia mundur, berarti ia melakukan kesalahan.
"Namun pada akhir 2016 akhirnya saya mundur," katanya.
Diakui, maraknya praktik jual beli jabatan di Kemenag diakibatkan oleh adanya krisis integritas dan krisis kepatuhan terhadap aturan yang berlaku.
"Kalau ada pejabat menyatakan ini sesuai SOP, ya SOP yang mana?" katanya.
Dan menurutnya, setelah ia tidak menjadi Irjen, kian banyak pejabat yang mendapatkan promosi adalah pejabat yang pernah mendapat sanksi disiplin. Padahal itu tidak boleh, karena bisa merusak sistem dan etos kerja.
Ia bahkan menyebut kalau untuk mendapat jabatan tertentu di jajaran Kemenag, transaksinya tak hanya puluhan atau ratusan juta rupiah, karena untuk jabatan rektor di UIN (Universitas Islam Negara) saja biayanya bisa mencapai miliaran rupiah.
"Praktik seperti ini bahkan menyentuh hingga madrasah," katanya.
Ketika ditanya apakah Jasin sebelum dan setelah keluar dari Kemenag pernah mendengar nama Ketum PPP Romahurmuziy dalam praktik itu? Jasin me jawab pernah mendengar selentingannya.
"Waktu itu saya dapat info ada Ketum ikut berperan, tapi waktu itu tak jelas Ketum apa. Setelah ditangkap KPK, baru saya tahu Ketum apa," katanya. (rhm)