Jakarta, Harian Umum- Perebutan kursi wakil gubernur DKI Jakarta pasca mundurmya Sandiaga Uno, semakin menghangat dengan munculnya sejumlah nama dari Gerindra dan PKS, dua partai pengusung Sandi di Pilkada Jakarta 2017.
Meski demikian, tetap saja nama Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta yang juga Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta, M Taufik, menjadi kuda hitam.
"Dia memang sosok yang paling layak di antara nama-nama yang muncul baik dari Gerindra maupun PKS, karena dibanding nama-nama itu, Taufik punya lebih banyak kelebihan," ujar Ketua Aliansi Masyarakat Jakarta (Amarta) M Rico Sinaga kepada wartawan di Jakarta, Selasa (14/8/2018).
Nama-nama yang muncul tersebut dari PKS adalah mantan Gubernur Jabar Achmad Heryawan (Aher) dan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera. Sedang dari Gerindra, nama yang muncul ke permukaan adalah M Taufik.
Namun peluang Aher telah digugurkan Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri, Bahtiar.
"Pak Aher sudah dua kali menjadi gubernur Jabar, sehingga tidak boleh dicalonkan lagi menjadi Wagub DKI, sebagaimana tertuang dalam pasal 7 ayat (2) huruf n UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada," kata dia kepada wartawan di Jakarta, Selasa (14/8/2018)..
Maka, praktis jika tak ada perubahan nama dari DPP PKS maupun DPP Partai Gerindra, nama Mardani dan Taufik akan diusulkan ke DPRD DKI untuk dipilih salah satunya sebagai Wagub pengganti Sandiaga Uno, melalui sidang paripurna.
Menurut Rico, karena Jakarta merupakan wilayah dengan persoalan yang sangat kompleks, maka dibutuhkan figur yang kuat dan memahami persoalan Jakarta secara komprehensif.
"Mardani tokoh yang luar biasa. Dia menginisiasi gerakan #2019GantiPresiden, dan gerakan itu sekarang telah menjadi gerakan berskala nasional," kata Rico.
Selain hal tersebut, seperti halnya Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang dijuluki Singa Senayan, Mardani juga politisi vokal yang berani, sehingga saat ini dia menjadi politisi PKS yang namanya paling bersinar di antara politisi-politisi PKS yang lain.
Meski demikian, tegas aktivis senior Jakarta yang juga mantan Presidium Relawan Anies Sandi (PRASS) ini, Mardani belum pernah pyur terlibat dalam pemerintahan Jakarta, dan juga belum pernah menjadi anggota DPRD DKI Jakarta, sehingga meski Mardani paham masalah Jakarta, ia yakin hanya di O luarnya dan tidak terlalu mendalam.
"Taufik sebaliknya. Dia merupakan Wakil Ketua DPRD DKI periode 2014-2019, dan sebelum menjadi anggota Dewan, sejak 1994 dia aktivis dengan LSM bernama PPJ (Pusat Pembangunan Jakarta). Jadi, kematangan dia dalam memahami masalah Jakarta bisa diuji," katanya.
Selain hal tersebut, menurut Rico, Taufik juga orang yang dikenal sangat dekat dengan masyarakat, pernah menjadi ketua Balegda (Badan Legislasi Daerah) DPRD DKI, dan termasuk tipikal orang yang fleksibel, sehingga dapat tune in dengan siapa saja, termasuk dengan Gubernur Anies Rasyid Baswedan.
"Jadi, kalau Anies dan Taufik disandingkan, ini bisa jadi duet maut, sehingga visi misi Anies-Sandi yang disampaikan saat kampanye Pilkada 2017, yakni menjadikan Jakarta sebagai kota yang maju dan sejahtera warganya, bisa terealisasi," katanya.
Rico bahkan yakin, jika saat pemilihan di DPRD diadukan debat kandidat, Taufik akan lebih unggul dari Mardani Ali Sera.
Seperti diketahui, Sandiaga mundur dari jabatan Wagub DKI karena menjadi Cawapres Prabowo, sehingga jabatan itu menjadi kosong.
Sesuai UU Pilkada, posisi Sandi dapat digantikan oleh kader dari partai pengusung saat Pilkada Jakarta 2017, yakni Gerindra dan PKS, sehingga kedua partai ini masing-masing dapat mengajukan satu nama ke DPRD untuk dipilih sebagai pengganti Sandi.
Namun pemilihan baru bisa dilakukan setelah pengunduran diri Sandi disetujui Presiden Jokowi. (rhm)