Jakarta, Harian Umum - Puluhan ribu buruh yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) dan Aliansi Gerakan Buruh Indonesia, Rabu (1/5/2024), memperingati Hari Buruh Internasional (Mayday) dengan tema Mayday Revolution.
Aksi yang diawali dengan longmarch dari Bundaran HI ke Patung Kuda itu diakhiri dengan membakar ogoh-ogoh bergambar Presiden Jokowi, tepat saat azan magrib berkumandang.
"Aksi ini kita selenggarakan karena kita ingin mendesak pemerintah agar segera mencabut Omnibus Law UU Cipta Kerja karena undang-undang itu memiskinkan kita, para pekerja dengan penghilangan berbagai hak, termasuk upah layak, kepastian kerja karena penerapan sistem outsourcing, dan lain-lain," kata Ketua Umum Serikat Buruh Sejahtera Independen (SBSI) '92, Sunarti, di sela-sela aksi.
SBSI '92 merupakan salah satu organisasi buruh yang berpartisipasi dalam aksi ini. Lainnya di antaranya Gabungan Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (GOSBI), Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI), Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI), Federasi GSPB, FSP LEM.SPSI, juga ada elemen masyarakat yang lain seperti mahasiswa, Konsorsium Pembaruan Agraria dan Serikat Petani Pasundan.
Massa yang hadir tak hanya dari kawasan Jabodetabek, tapi juga dari Bandung, Subang, Karawang, Serang, dan lain-lain.
Massa ini mayoritas berkostum merah, sehingga ketika mereka longmarch dari Bundaran HI ke Patung Kuda, mereka seperti memerahkan Jakarta.
Selain menuntut pencabutan Omnibus Law UU Cipta Kerja, mereka juga meminta agar Presiden Jokowi ditangkap dan diadili karena dinilai telah merusak demokrasi dengan cawe-cawe pada Pilpres 2024 untuk memenangkan Paslon 02 Prabowo-Gibran. Presiden asal Solo itu bahkan dicap Penjahat Demokrasi.
Udara tidak terlalu terik ketika aksi di Patung Kuda dimulai karena waktu telah menjelang pukul 15:00 WIB. Orator dari kelompok Gebrak dan Aliansi Gerakan Buruh Indonesia berorasi secara bergantian.
Salah seorang orator dari Gebrak sempat mengungkap kalau sempat ada larangan untuk melakukan aksi ini.
"Kita bahkan diarahkan untuk melakukan aksi yang dikoordinasikan dengan Disnaker," katanya.
Pemerhati Politik dan Kebangsaan Rizal Fadillah menilai, aksi bertajuk Mayday Revolution ini merupakan perlawanan para buruh terhadap Rezim Jokowi yang merupakan Rezim Investasi dan Rezim Kapitalis.
"Tapi untuk bisa menggolkan target pencabutan UU Cipta Kerja tak cukup hanya dengan demonstrasi, tapi juga harus diikuti aksi lain, yaitu mogok dengan cara yang tidak melanggar peraturan," katanya.
Pengamat asal Bandung ini menyebut, mogok adalah senjata ampuh buruh. Apalagi kalau dilakukan secara nasional. (rhm)