Jakarta, Harian Umum- Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengklaim, tidak ada kriminalisasi dalam kasus dugaan ujaran kebencian dan SARA yang menjerat Ustad Zulkifli Muhammad Ali.
Ia bahkan mengaku, Polri tidak mungkin berbuat kriminalisasi, apalagi terhadap seorang ulama.
"Prinsipnya sekali lagi, Polri tidak ingin melakukan kriminalisasi terhadap ulama. Kriminalisasi itu kalau ada perbuatan yang tidak diatur dalam hukum pidana, namun dipaksakan untuk dipidanakan. Tetapi kalau perbuatan itu diatur dalam hukum pidana, dilakukan proses, itu namanya penegakkan hukum," katanya di Polda Metro Jaya, Jumat (19/1/2018).
Tito menjelaskan, penegakan hukum kepada Ustad Zulkifli dilakukan karena dalam video ceramahnya yang viral di medsos, ada konten yang patut dipertanyakan, sehingga Polri perlu melakukan klarifikasi apakah data yang ia gunakan dalam ceramahnya valid atau tidak.
"Jadi, contohnya, katanya 200 juta KTP sudah dibuat di Perancis, di Paris, 200 juta sudah dibuat di mana, di Tiongkok dan Paris 200 juta. Datanya benar tidak? Karena ini datanya sangat-sangat berbahaya dan bisa memprovokasi publik bagi masyarakat yang enggak paham. Bayangkan, apa mungkin 200 juta KTP dibuat di Perancis. Kami dari Kepolisian belum pernah dengar seperti itu, intelijen Kepolisian belum pernah dengar seperti itu. Maka, kita ingin mengklarifikasi apakah datanya dari yang bersangkutan itu valid, sah, sumbernya dari mana, atau sekadar asumsi," bebernya.
Seperti diketahui, Ustad Zulkifli dilaporkan oleh seseorang karena diduga telah melakukan ujaran kebencian yang berbau SARA dan memprovokasi saat berceramah di salah satu masjid di Jakarta, dan video ceramah itu sempat menjadi viral di media sosial.
Zulkifli dilaporkan pada 21 November 2017 dan diregistrasi Bareskrim dengan nomor laporan polisi LP/1240/XI/2017/Bareskrim.
Berikut isi ceramah Ustad Zulkifli dimaksud:
"Mengikuti perkembangan, bagaimana tahun 2018, ancaman kehancuran ekonomi global. Dan itu akan menyebabkan di mana-mana terjadi krisis, chaos, keributan dan kekacauan, pembunuhan, perang, perang dan perang ada di mana-mana. Termasuk Jakarta. Jakarta bapak dengar bagaimana revolusi itu yang dikhawatirkan oleh para TNI kita yang masih punya loyalitas kepada NKRI ini. Revolusi China. Maaf revolusi komunis berkolaborasi dengan revolusi syiah akan menjadikan Jakarta sebagai negeri terpanas yang penuh pertumpahan darah. Apabila kita tidak bersiap-siap. Umat tidak mau bersatu maka kita akan disembelih seperti saudara-saudara kita disembelih di Siria, seperti saudara-saudara kita disembelih di Irak, seperti saudara-saudara kita disembelih di Yaman, ini pasti terjadi kaum Muslimin yang dimuliakan. Dan ini bukan hal yang sangat tabu lagi. Jutaan KTP sekarang sedang dibuat di China, jutaan KTP sekarang sedang dibuat di Paris atas nama penduduk Indonesia, tapi yang mengisinya adalah orang-orang sipit". (rhm)



 
                                



