Jakarta, Harian Umum - Kurs rupiah terhadap dolar AS, Rabu (17/4/2024), ditutup melemah 44,5 poin atau 0,28% ke.level Rp16.220/dolar AS.
Rupiah dibuka pada level Rp16.175,5/dolar AS, dan sempat jatuh ke level Rp16.265/dolar AS yang menjadi titik terendahnya dalam 4 tahun, sebelum akhirnya sedikit menguat ke level penutupannya.
Dengan koreksi ini, maka rupiah sudah melemah lebih dari 5% sepanjang tahun ini. Rupiah mengalami masa sulit di perdagangan pekan ini setelah pasar kembali dibuka usai libur Lebaran 2024.
Bahkan, saat perdagangan perdana usai libur sepekan, rupiah anjlok 2,3%. Ini jadi penurunan harian terbesar bagi rupiah sejak Maret 2020.
Dari data Bloomberg terlihat, hari ini rupiah merupakan mata uang dengan kejatuhan terparah kedua di Asia Pasific setelah Baht Thailand yang anjlok 0,46%, sementara Yen Jepang menguat tipis terhadap greenback sebesar 0,08% dan Ringgit Malaysia menguat 0,07%.
Seperti dilansir CNBC Indonesia, Bank Indonesia (BI) memandang pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar ASbdisebabkan oleh sentimen negatif dari situasi global.
Di sisi lain, ada libur panjang di dalam negeri yang menyebabkan pelemahan rupiah terlihat sangat drastis.
"Market kan nervous ya, kita kan seminggu kemarin libur dan apa yang terjadi memang lebih global," kata Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia Destry Damayanti di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (17/4/2024)
Situasi global yang dimaksud antara lain dari Amerika Serikat (AS). Data terbaru menunjukkan, inflasi belum kembali sesuai target bank sentral l, yakni di kisaran 2%. Hal ini membuat keraguan adanya penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed).
Masalah yang membuat gejolak di pasar keuangan adalah ketegangan di Timur Tengah. Situasi ini akan meningkatkan ketidakpastian global, sehingga investor menahan diri atau memilih instrument aset aman atau safe haven.
"Global itu uncertainty-nya tinggi terutama dari as sendiri dengan data ekonomi yang bikin mereka juga mikir berarti akan higher for longer-nya ada," jelasnya.
Dari dalam negeri, Destry melihat tidak ada isu yang membuat rupiah lemah. Ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh positif, inflasi terkendali dan neraca perdagangan surplus dan cadangan devisa yang cukup.
"Domestik kita gak ada masalah, everything is ok," katanua.
BI akan selalu berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan melakukan intervensi apabila dibutuhkan. (man)