Tel Aviv, Harian Umum - Kawasan Timur Tengah nampaknya akan semakin membara, karena meski Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya meminta Israel agar menahan diri atas serangan Iran pada 13-14 April 2024 kemarin, negara Yahudi itu justru berjanji akan melakukan pembalasan.
Sikap membangkang Israel itu ditunjukan oleh Kepala Staf militer-nya, Herzi Halevi, yang menyatakan akan membalas serangan Iran.
"Panglima militer Israel mengatakan negaranya akan merespons serangan Iran pada akhir pekan ketika beberapa negara Barat mendesak Israel untuk menghindari eskalasi konflik di Timur Tengah," kata Aljazeera, Selasa (16/4/2024).
Media ini melaporkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memanggil kabinet perangnya hingga dua kali, Senin (15/4/2024) waktu setempat, kurang dari 24 jam setelah Iran menembakkan sekitar 300 drone, rudal balistik dan rudal penjelajah ke wilayahnya.
Kepala Staf militer Israel Herzi Halevi mengatakan, negaranya akan menanggapi serangan itu, tetapi tidak menjelaskan kapan serangan balasan dilakukan.
“Begitu banyak rudal, rudal jelajah, dan drone yang ditembakkan ke wilayah, Israel akan menanggapinya dengan baik,” kata Halevi di Pangkalan Udara Nevatim di Israel selatan.
Iran menyerang Israel sebagai balasan atas tindakan negara zionis itu membom kantor konsulatnya di Damaskus, Suriah, pada 1 April 2024, dan menewaskan delapan orang, termasuk dua orang jenderal Iran.
Serangan itu, kata Aljazeera, sejak awal telah memicu kekhawatiran tentang perang terbuka antara Israel dan Iran, sekaligus dan meningkatkan kekhawatiran bahwa kekerasan yang berakar pada perang Israel di Gaza akan semakin menyebar di wilayah tersebut.
“Kita berada di tepi jurang dan kita harus menjauh dari situ. Kita harus menginjak rem dan gigi mundur,” ujar Josep Borrell, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, kepada stasiun radio Spanyol Onda Cero.
Presiden Perancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron juga menyampaikan seruan serupa, yang juga sejalan dengan seruan Washington dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, agar Israel menahan diri atas serangan Iran.
“Baik kawasan ini maupun dunia tidak mampu menanggung lebih banyak perang. Sekarang adalah waktunya untuk meredakan dan mengurangi ketegangan," kata Guterres, Minggu (14/2024) malam waktu Jenewa, Swiss.
Rusia menahan diri untuk tidak mengkritik Iran di depan umum, karena Iran adalah sekutunya, tetapi pada Senin (15/4/2024) waktu Moskow, Rusia menyatakan keprihatinan tentang risiko eskalasi atas serangan Iran, dan juga menyerukan kepada Israel untuk menahan diri.
“Eskalasi lebih lanjut bukanlah kepentingan siapa pun,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Belgia dan Jerman memanggil duta besar Iran atas serangan itu, tetapi belum diketahui apa hasil pertemuan mereka.
Seperti diketahui, Iran menembakkan sekitar 300 drone, rudal balistik dan rudal penjelajah ke Israel, tetapi negara Zionis itu mengklaim 99% senjata yang ditembakkan Iran itu dapat ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel dan dengan bantuan dari AS, Inggris, Prancis, serta Yordania., sehingga tidak terjadi kerusakan parah di wilayah Israel, meski ada kabar bahwa dua pangkalan militer Israel hancur.
Serangan itu merupakan balasan Iran atas serangan udara Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April, yang menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam, termasuk dua jenderal.
Kekhawatiran akan eskalasi regional
Serangan balasan Teheran terhadap Israel telah meningkatkan kekhawatiran bahwa kekerasan akan semakin meluas di wilayah Timur Tengah.
Khawatir akan bahayanya, Presiden AS Joe Biden telah mengatakan kepada Netanyahu bahwa Washington tidak akan mengambil bagian dalam serangan balasan Israel terhadap Iran.
Sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada bulan Oktober 2023, bentrokan telah meletus antara Israel dan kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Iran di Libanon, Suriah, Yaman dan Irak.
Israel mengatakan, pihaknya berusaha menghancurkan kelompok Palestina Hamas setelah mereka memimpin serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sedikitnya 1.139 orang, sebagian besar warga sipil, menurut perhitungan Al Jazeera berdasarkan statistik Israel, dan menawan sekitar 250 orang lainnya.
Lebih dari 33.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan Israel di Gaza, menurut pihak berwenang Palestina, dan sebagian besar wilayah tersebut telah menjadi puing-puing.
Badan-badan bantuan telah memperingatkan bahwa sebagian wilayah Gaza sedang menghadapi kelaparan di tengah pembatasan ketat Israel terhadap pasokan makanan dan bantuan kemanusiaan. (rhm)