BONEKA lama akan digantikan boneka baru. Desain politik dinasti seperti itu adalah musuh demokrasi dan musuh rakyat, juga merusak bangsa dan negara, merusak Indonesia.
-----------------------
Oleh: Muslim Arbi.
Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indonesia Bersatu
Alih-alih bangun perpolitikan dengan kaidah-kaidah demokrasi dan konsitusi, justru dinasti politik yang sedang dibangun Joko Widodo, yang merusak konsitusi dan demokrasi.
Joko Widodo seorang yang tidak punya andil saat terjadi Reformasi 1998.
Dia di-setting oleh oligarki politik dan ekonomi untuk menjadi presiden dua periode; 2014-2024 dan telah berjalan hampir 10 tahun.
Oligarki ekonomi dan oligarki oolitik mendesain dan memoles seorang Joko Widodo dari Solo - Jakarta dan Indonesia.
Oligarki yang berada di belakang Joko Widodo telah memanfaatkan sejumlah tokoh politik dan sejumlah partai politik untuk menopang kekuasaan dan kekuatannya selama ini.
Oligarki Ekonomi dan oligarki politik sangat sadar bahwa kekuasaan Joko Widodo akan berakhir pada Oktober 2024.
Di Pilpres 2024 ini, oligarki ekonomi dan oligarki politik mencoba mengadu untung agar tetap punya boneka baru dengan mendorong Joko Widodo agar memaksakan putranya, Gibran Rakabuming Raka, untuk tampil sebagai Cawapres, mendampingi Prabowo Subianto yang Capres.
Jika nanti terpilih menjadi wakil presiden, dan Prabowo Subianto yang menduduki kursi presiden berhalangan tetap, bisa saja Gibran akan ditampilkan sebagai presiden.
Untuk tujuan itu, oligarki ekonomi dan oligarki politik mendukung penuh dengan cara apapun agar Prabowo-Gibran yang merupakan pasangan calon dengan nomor urut 2, memenangkan Pilpres 2024.
Maka, jangan heran kalau sejumlah oligarki ekonomi sudah sesumbar dengan kekuatan modal yang dikeruk selama 10 tahun Joko Widodo berkuasa, bertekad memenangkan Paslon yang didukungnya.
Publik tak perlu ragu bahwa dinasti politik yang dibangun Jokowi dengan memaksakan Gibran menjadi Cawapres, didukung oleh kekuatan oligarki ekonomi yang telah menangguk keuntungan selama ini.
Untuk mempromosikan Gibran dan memenangkannya di Pilpres 2024, berbagai cara dilakukan, termasuk dengan menabrak konstitusi dan merusak demokrasi sekalipun.
Karena itu, rakyat Indonesia jangan berharap Presiden Jokowi akan netral, karena dengan kekuasaan yang digenggamnya, dia akan menekan semua unsur kekuasaan untuk kepentingan politik memenangkan Paslon 02 yang juga berarti kemenangan oligarki ekonomi dan oligarki politik yang selama ini di belakangnya.
Kondisi itu menempatkan Joko Widodo sebagai boneka lama dan akan diganti dengan boneka baru.
Nampaknya, kekuatan oligarki ekonomi sudah tidak nyaman lagi dengan konfigurasi perpolitikan di mana Joko Widodo diklaim sebagai Petugas Partai PDIP.
Mereka ingin Joko Widodo harus keluar dan harus berani melawan Megawati Soekarnoputri yang telah membesarkannya.
Kekuatan oligarki ekonomi pasti akan menopang dinasti politik yang dibangun Joko Widodo, apa pun caranya dan berapa pun biayanya.
Desain politik dinasti seperti itu adalah musuh demokrasi dan musuh rakyat.
Desain yang merusak bangsa dan negara, merusak Indonesia.
Itulah puncak politik dinasti yang sangat dungu untuk membangun tatanan bersama sebagai sebuah bangsa yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.
Tidak ada opsi lain untuk menghentikan perpolitikan kedunguan nasional, selain menghentikan politik dinasti yang sedang dibangun Joko Widodo melalui pemakzulan.
Pemakzulan terhadap Joko Widodo adalah upaya bangsa ini untuk membersihkan bangsa dari kanker ganas nasional yang sedang menggerogoti bangsa dan negara hari ini. Kanker Ganas Oligarki yang berada di belakang Joko Widodo; Oligarki Ekonomi.
Ya, rakyat dan kekuatannya di Parlemen harus segera bergerak untuk mengakhiri dinasti politik dungu ini.