Jakarta, Harian Umum - Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat bukan cuma dinilai tidak dewasa dalam berpolitik, namun juga memberi contoh buruk dalam berdemokrasi.
Tudingan ini muncul karena politisi PDIP itu lebih memilih berlibur ke Labuan Bajo dibanding menghadiri pelantikan Anies-Sandi di Istana Negara yang disusul serah terima jabatan di Balaikota DKI, Senin (16/10/2017).
"Baru kali ini saya sependapat dengan Mendagri Tjahjo Kumolo terkait Djarot ini. Ya, dia telah memberi tradisi buruk dalam proses berdemokrasi," ujar Ketua Budgeting Metropolitan Watch (BMW) Amir Hamzah kepada harianumum.com di Jakarta, Selasa (17/10/2017).
Ia menambahkan, persepsi ini muncul karena Djarot terlihat hanya menilai Pilkada dari sisi menang atau kalah, dan mengabaikan fakta bahwa hasil Pilkada merupakan cerminan dari aspirasi kepentingan rakyat.
Padahal, jika memahami konteks ini, lanjut pegiat LSM senior ini, Pilkada DKI 2017 sesungguhnya bukan kemenangan bagi Anies-Sandi, tapi wujud kedaulatan rakyat yang tercipta melalui proses Pilkada (demokrasi). Apalagi karena UUD 1945 pun tegas mengatakan bahwa kedaulatan di tangan rakyat.
"Jadi, juga terlihat di sini kalau ketidakhadiran Djarot saat serah terima jabatan kemarin, menumjukkan kalau dia tidak dewasa dalam berpolitik," imbuhnya.
Amir mengakui kalau kelakuan Djarot ini sedikit banyak tak hanya akan mempengaruhi citra dan elektabilitasnya sebagai politisi, tapi juga dapat menurunkan citra dan elektabilitas PDIP sebagai partai dimana Djarot bernaung. Apalagi karena selain Djarot, Ketua DPRD DKI Jakarta yang juga politisi PDIP, Eddy Prasetyo Marsudi, juga tidak hadir.
"Sekarang masyarakat mungkin akan menilai kalau politisi-politisi PDIP adalah politisi-politisi yang hanya mau menang, tapi tidak siap kalah," tegasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, saat serah terima jabatan di Balaikota, setelah Anies-Sandi dilantik Presiden sebagai gubernur dan wakil gubernur Jakarta periode 2017-2022, Djarot tidak hadir. Padahal ini adalah momen penyerahan jabatan dari dirinya kepada Anies Baswedan.
Dari berita yang kemudian viral di media sosial, diketahui kalau Djarot tidak hadir karena sedang liburan di Labuan Bajo, dan mengaku tidak diundang ke acara itu. Namun dari daftar pejabat yang diundang ke Istana, diketahui kalau pengakuan Djarot itu tak benar karena namanya ada dalam daftar.
Ketidakjujuran Djarot ini kontan dikritik para netizen.
"Cieeeeeeeeeee... Bilangnya gak diundang... Udah tua masih doyan ngibul aje rot...," ujar pemilik akun @BoengParno.
"Alhamdulillah trik pencitraan dg modus menzalimi diri sendiri dan memojokan pihak lain ala Djarot terbongkar melalui bukti ini," ujar akun @LaskarTomo. (rhm)