Jakarta, Harian Umum - Perang yang terus berkecamuk antara Iran versus Israel menimbulkan kekhawatiran akan melibatkan kekuatan-kekuatan dunia yang akan membuat situasi di Timur Tengah menjadi semakin tidak stabil.
Apalagi karena Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terlihat terlalu jauh masuk dalam konflik itu, dan bahkan sempat melontarkan imbauan agar Iran menyerah.
"Konflik terburuk yang pernah terjadi antara kedua kekuatan regional (di Timur Tengah) tersebut telah menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik ini akan melibatkan kekuatan dunia dan semakin mengganggu stabilitas Timur Tengah," kata Reuters, Kamis (19/6/2025).
Media ini melaporkan, pada Kamis (19/6/2025) pagi waktu Timur Tengah, rudal Iran menghantam rumah sakit Israel, sementara Israel menyerang target di seluruh Iran.
Di sisi lain, Trump membuat dunia bertanya-tanya apakah AS akan bergabung dengan Israel dalam serangan udara yang bertujuan menghancurkan fasilitas nuklir Iran, dan selama seminggu ini serangan udara dan rudal Israel ke Iran diketahui telah menghancurkan eselon atas komando militer Iran, merusak kemampuan nuklirnya dan menewaskan ratusan orang. Sedang serangan balasan Iran telah menewaskan sedikitnya 24 warga sipil Israel.
Kepada wartawan di depan Gedung Putih, Rabu (18/6/2025), Trump menolak mengatakan apakah ia telah membuat keputusan untuk membawa AS bergabung dalam serangan udara Israel ke Israel.
"Saya mungkin akan melakukannya. Saya mungkin tidak akan melakukannya. Maksud saya, tidak seorang pun tahu apa yang akan saya lakukan," katanya.
Trump kemudian mengatakan bahwa pejabat Iran ingin datang ke Washington untuk sebuah pertemuan.
"Kita mungkin akan melakukannya, meski sudah agak terlambat untuk pembicaraan semacam itu," katanya.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memprotes seruan Trump sebelumnya agar Iran menyerah.
"Setiap intervensi militer AS niscaya akan disertai dengan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Bangsa Iran tidak akan menyerah," kata Khamenei melalui rekaman video yang ditayangkan di televisi, Rabu (18/6/2025).
Iran membantah bahwa mereka sedang mengembangkan senjata nuklir dan mengatakan bahwa programnya hanya untuk tujuan damai. Namun, pada pekan lalu Badan Tenaga Atom Internasional telah mengatakan bahwa Teheran melanggar kewajiban nonproliferasi untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.
Seorang sumber diplomatik Jerman mengatakan, Menteri Luar Negeri Jerman, Prancis, dan Inggris berencana mengadakan perundingan nuklir dengan mitra mereka dari Iran pada hari Jumat di Jenewa besok untuk mendesak Iran kembali ke meja perundingan. Israel yang bukan merupakan pihak dalam Perjanjian Non-Proliferasi Internasional, adalah satu-satunya negara di Timur Tengah yang diyakini memiliki senjata nuklir. Dugaan ini tidak dibantah ataupun dibenarkan Israel.
Pada Kamis (19/6/2025) pagi waktu Timur Tengah, beberapa rudal Iran menghantam daerah berpenduduk di Israel, termasuk sebuah rumah sakit di bagian selatan negara itu, Jejak rudal dan upaya intersepsi terlihat di langit Tel Aviv, dengan ledakan terdengar saat proyektil yang datang dicegat. Media Israel juga melaporkan serangan langsung di Israel bagian tengah.
Layanan darurat mengatakan lima orang terluka parah dalam serangan itu dan puluhan lainnya terluka di tiga lokasi terpisah. Orang-orang masih terjebak di sebuah gedung di lingkungan selatan Tel Aviv.
Foto-foto yang beredar di media sosial memperlihatkan bangunan-bangunan rusak parah di Ramat Ghan dekat Tel Aviv dan para pekerja darurat membantu penduduk, termasuk anak-anak.
Pusat Medis Soroka di Beersheba, di Israel selatan, melaporkan telah mengalami kerusakan.
Garda Revolusi Iran mengatakan bahwa mereka menargetkan markas besar militer dan intelijen Israel di dekat rumah sakit.
Di Iran, kantor berita ISNA melaporkan bahwa sebuah area di dekat fasilitas air berat fasilitas nuklir Khondab menjadi sasaran Israel. Sebelumnya, kantor berita semi-resmi SNN melaporkan pertahanan udara diaktifkan di Teheran, mencegat pesawat tanpa awak di pinggiran ibukota.
Kantor berita Iran juga melaporkan telah menangkap 18 "agen musuh" yang sedang membangun pesawat tanpa awak untuk serangan Israel di kota Mashhad di timur laut.
Trump telah beralih dari mengusulkan penyelesaian secara diplomatik yang cepat terhadap perang ini, menjadi menyarankan Amerika Serikat untuk bergabung.
Sumber yang mengetahui diskusi internal mengatakan Trump dan timnya sedang mempertimbangkan opsi yang mencakup bergabung dengan Israel dalam serangan terhadap instalasi nuklir Iran.
Namun, prospek serangan AS terhadap Iran telah mengungkap perpecahan dalam koalisi pendukung yang membawa Trump ke tampuk kekuasaan, dengan sebagian pendukungnya mendesaknya untuk tidak melibatkan AS dalam perang di Timur Tengah.
Anggota senior Senat Demokrat AS mendesak Trump untuk memprioritaskan diplomasi dan mencari perjanjian yang mengikat untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, sambil menyatakan kekhawatiran tentang pendekatan pemerintahannya.
"Kami khawatir dengan kegagalan pemerintahan Trump untuk memberikan jawaban atas pertanyaan mendasar. Secara hukum, presiden harus berkonsultasi dengan Kongres dan meminta otorisasi jika dia mempertimbangkan untuk membawa negara itu berperang," kata mereka dalam sebuah pernyataan.
"Dia berutang strategi kepada Kongres dan rakyat Amerika untuk keterlibatan AS di kawasan itu," imbuhnya.
Dalam unggahan media sosial pada hari Selasa, Trump mulai memikirkan tentang membunuh Khamenei untuk.menyelesaikab peran Israel vs Iran.
Presiden Rusia Vladimir Putin, ketika ditanya apa reaksinya jika Israel benar-benar membunuh Pemimpin Tertinggi Iran dengan bantuan Amerika Serikat, mengatakan pada hari Kamis: "Saya bahkan tidak ingin membahas kemungkinan ini. Saya tidak mau."
Putin mengatakan semua pihak harus mencari cara untuk mengakhiri permusuhan dengan cara yang menjamin hak Iran atas tenaga nuklir yang damai dan hak Israel atas keamanan tanpa syarat negara Yahudi tersebut. (man)







