Jakarta, Harian Umum - Kurs rupiah masih saja terkoreksi terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (30/4/2024).
Pelemahan dipicu oleh masih perkasanya dolar AS dan sikap wait and see investor menjelang keputusan suku bunga terbaru bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed).
Data Bloomberg menunjukkan, kurs rupiah melemah 4 poin atau 0,02% ke level Rp16.259/dolar AS dari penutupan Senin yang berada di Rp16.255/dolar AS.
Sementara indeks dolar AS (DXY), menurut Investing, menguat 0,34 poin atau 0,32% ke posisi 105,92 menjelang penutupan pasar keuangan di Indonesia pada pukul 15:00 WIB.
CNBC Indonesia menyebut, pelemahan rupiah yang terjadi hari ini, dan merupakan pelemahan hari.keempat secara beruntun, terjadi di tengah sikap investor yang menanti keputusan suku bunga acuan terbaru dari The Fed, di mana bank sentral Negeri Paman Sam tersebut akan mengumumkannya pada Rabu (1/5/2024) dini hari waktu Indonesia.
The Fed berpotensi akan kembali menahan suku bunga acuannya, sehingga suku bunga acuan The Fed cenderung masih cukup tinggi. Hal ini terjadi mengingat data-data ekonomi AS masih cukup solid, sehingga potensi pemangkasan suku bunga masih cukup sulit terjadi.
Salah satunya inflasi AS yang masih cukup sticky, bahkan cenderung mengalami kenaikan. Angka inflasi AS periode Maret berada di angka 3,5% (year-on-year/yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang berada di angka 3,2% yoy.
Jika The Fed masih menahan suku bunganya, maka DXY masih akan tetap tinggi dan tekanan terhadap rupiah masih akan kuat.
Selain itu, pelemahan rupiah juga terjadi di tengah melandainya data aktivitas manufaktur China. Data yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) periode April 2024 versi National Bureau of Statistics of China (NBS) turun menjadi 50,4, dari sebelumnya di angka 50,8 pada Maret lalu.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.
Melandainya data ini mengindikasikan bahwa aktivitas manufaktur China yang tetap tumbuh baik dan cenderung ekspansif meskipun mengalami kemunduran. (man)