Jakarta, Harian Umum- Ratusan ribu peserta Aksi Bela Tauhid II Jumat (2/11/2018), kecewa karena Presiden Jokowi tidak berada di Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, sehingga 10 perwakilan mereka hanya diterima Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto di kantornya di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
"Perwakilan kita tidak bisa bertemu Pak Jokowi, karena Pak Jokowi tidak ada di Istana! Dia di Pontianak!" orator aksi memberitahu dari mobil komando.
"Huuu ....!" seruan kecewa itu langsung membahana, memenuhi langit sekitar Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, tempat dimana Aksi Bela Tauhid II digelar dengan dimotori Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF)-Ulama.
Nada-nada bernada cemooh dan caci maki pun ikut terdengar. Di antaranya bahkan mempertanyakan untuk apa Polri memblokade jalan menuju Istana Negara jika Jokowi tak ada di sana.
"Takut ...! Pemerintah takut kepada umat Islam ...!" teriakan itu ikut terdengar.
Aksi Bela Tauhid II merupakan lanjutan aksi serupa yang digelar pada 26 Oktober 2018 lalu, dan dipicu pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid oleh Barisan Ansor Serbaguna (Banser) pada 22 Oktober 2018, saat perayaan Hari Santri Nasional di Kecamatan Libangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pada aksi pertama, umat Islam menjadikan kantor Kemenko Polhukam menjadin sasaran aksi karena Menkopolhukam Wiranto sempat mengeluarkan statemen yang dinilai membela anggota Banser pembakar bendera bertuliskan kalimat tauhid, karena Wiranto mengatakan bahwa bendera yang dibakar itu bendera HTI, dan Banser tak sengaja melakukannya.
Namun saat massa mendemo kantornya, Wiranto justru tak ada karena katanya, dia ke Palu untuk meninjau para korban gempa dan tsunami di sana.
Pada aksi kedua hari ini, umat Islam menjadikan Istana Negara sebagai sasaran aksi demo, namun Polri memblokade Jalan Medan Merdeka Barat dan Medan Merdeka Utara, sehingga rencana umat Islam untuk melakukan long march dari Patung Kuda ke Istana, gagal, dan aksi terpaksa digelar di Patung Kuda.
Banyaknya umat Islam yang hadir membuat Jalan Medan Merdeka Selatan, Jalan Budi Kemuliaan dan Jalan MH Thamrin dipenuhi manusia, sehingga Polantas Polda Metro Jaya mengalihkan arus lalu lintas yang hendak melalui jalan-jalan itu.
Ketua Media Centre Persaudaraan Alumni (PA) 212, Novel Bamukmin, mengatakan, Aksi Bela Kalimat Tauhid ini bertujuan untuk menuntut Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj dan Ketua GP Ansor Yaqut Cholil Qaumas agar meminta atas apa yang dilakukan Banser di Garut.
Selain itu, umat Islam juga menuntut agar dua dari tiga pelaku pembakaran yang telah ditetapkan sebagai tersangka, dijerat dengan pasal 165a KUHP tentang Penistaan Agama, bukan dengan pasal 174 KUHP.
"Kami juga meminta kepada Ketua GP Ansor agar memberikan klarifikasi kepada masyarakat secara menyeluruh, terkait pernyataannya bahwa bendera yang dibakar Banser adalah bendera HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)," katanya.
Ada 10 perwakilan yang diutus untuk menemui Presiden Jokowi, di antaranya Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif, Eggi Sudjana, KH Nasir Zein, Muhammad Al Khaththath, Asep Syarifudin, dan Hj Neno Warisman. Namun karena mantan walikota Solo itu tak ada, ke-10 perwakilan tersebut dibelokkan ke kantor Wiranto yang kali ini berada di tempat.
Saat pertemuan berlangsung, Wiranto antara lain didampingi Wakapolri Komjen Pol Ari Dono, Sekretaris Kementerian Polhukam Letjen Agus Surya Bakti, dan Dirjen Politik dan Pemerintah Umum Kemendagri Soedarmo.
Usai pertemuan, Wiranto mengatakan kalau apa yang menjadi tuntutan peserta Aksi Bela Tauhid II, akan disampaikan kepada Presiden. (man)