Jakarta, Harian Umum - Aliansi Rakyat Menggugat (ARM) kembali turun ke jalan, Rabu (4/9/2024). Jika biasanya kelompok yang mayoritas didominasi emak-emak ini mengusung tagline, Jokowi Mundur atau Mundurkan Jokowi, kali ini yang diusung Tangkap dan Adili Pelaku Nepotisme.
Aksi yang melibatkan sekitar 50 orang dan diawali dengan longmarch dari Bundaran HI hingga Simpang Sarinah, Jakarta Pusat, ini dihadiri sejumlah tokoh nasional seperti Sri Bintang Pamungkas, Amir Hamzah, Rizal Fadillah, dan Muslim Arbi.
Dari aksi teatrikal di mana lima orang peserta demonstrasi dikenakan rompi oranye dan topeng berwajah Presiden Jokowi, Ibu Negara Iriana Jokowi, Walikota Medan Bobby Nasution, Ketum PSI Kaesang Pangarep, Erina Gudono (istri Kaesang), dan mantan ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman sangat jelas yang dimaksud ARM sebagai pelaku nepotisme adalah Jokowi.
Sebab, diduga melalui politik dinasti yang dibangunnya, Jokowi dapat menjadikan Bobby sebagai walikota Medan, dan bahkan diduga Kaesang menerima gratifikasi berupa fasilitas pesawat jet yang digunakan untuk pelesiran ke Amerika bersama istrinya pada 22 Agustus 2024, tepat disaat berbagai elemen masyarakat di Indonesia mendemo DPR untuk membatalkan revisi UU Pilkada.
Bahkan, diduga karena intervensi Jokowi, Mahkamah Agung mengubah syarat usia Cagub dan Cawagub dari minimal 30 tahun saat ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pilkada, menjadi 30 tahun saat dilantik sebagai pemenang Pilkada. Sebab, dengan perubahan itu, Kaesang yang baru berusia 29 tahun dapat mengikuti Pilkada sebagai Cagub/Cawagub.
Namun, putusan Mahkamah Agung itu kemudian dibatalkan Mahkamah Konstitusi melalui putusan nomor 70/PUU-XXII/2024.
"Kita tidak ingin Indonesia makin hancur. Karena itu, Jokowi dan keluarganya harus ditangkap dan diadili!" kata Presidium ARM Ida N Kusdianti saat berorasi.
Selain teatrikal, massa juga membawa spanduk dan poster-poster yang di antaranya bertuliskan "Hukum dan Adili Jokowi", "Nepotisme= Pengkhianat Demokrasi', 'Bersihkan Negara Dari Nepotisme", dan lain-lain.
Sri Bintang Pamungkas dan Amir Hamzah yang hadir dalam aksi ini karena diundang, menyambut positif aksi ini.
"Saya kira demo-demo seperti ini perlu dilakukan di seluruh Tanah Air. Kita tidak bisa percaya lagi rezim ini dan rezim ini juga lebih jahat dari penjajah, sehingga harus diturunkan dan kepala rezim ini harus digantung agar tidak ada lagi kezaliman terhadap rakyat," kata Sri Bintang Pamungkas
Ia berharap kelompok kecil ini bisa menjadi besar.
"Dan sebelum 20 Oktober, rezim ini harus ditumbangkan, dan pemimpin serta antek-antek harus diadili," imbuh dia.
Sementara Amir Hamzah mengatakan bahwa aksi ini merupakan suatu bentuk protes masyarakat atas kepemimpinan Jokowi yang cenderung manipulatif dan banyak melanggar konstitusi dan aturan perundang-undangan.
"Pemimpin rezim ini memang harus ditangkap dan diadili karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya. Apalagi karena ijazahnya pun diduga palsu,' katanya.
Aksi demontrasi ini juga diwarnai pembacaan Deklarasi Rakyat, dan Sri Bintang Pamungkas didapuk untuk membacakan deklarasi itu yang antara lain meminta Jokowi mundur dan diadili atas kejahatan konstitusi dan praktik KKN.
Longmarch dari Bundaran HI ke Simpang Sarinah memakan waktu sekitar 15 menit. Sesampainya di sana, tokoh yang hadir didaulat untuk berorasi. (rhm)