Jakarta, Harian Umum - Aksi unjuk rasa menolak penyebaran nyamuk ber-Wolbachia oleh sejumlah organisasi di Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (28/11/2023/, ricuh, karena tak ada satupun pejabat di kementerian itu yang mau menerima perwakilan mereka.
Parahnya, setelah akhirnya seorang staf menyatakan bahwa 10 perwakilan mereka dapat diterima, ternyata mereka hanya diprank karena staf tersebut mengatakan kalau semua pejabat Kemenkes sedang tidak ada.
Organisasi yang terlibat dalam aksi ini di antaranya Majelis Penderitaan Rakyat (MPR), Aliansi Rakyat Menggugat (ARM) dan Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek Indonesia).
Massa mulai berdatangan ke kantor Kemenkes sejak sekitar pukul 10:00 WIB, dan aksi dimulai sekitar pukul 10:30 WIB.
Ada beberapa orator yang tampil secara bergantian di mobil komando, seperti Presidium MPR Habib Ali Ridho Assegaf (Babe Aldo), aktivis Nico Silalahi, Presidium ARM Ida Nurhaida, Presiden ASPEK Indonesia Mirah Sumirat, dan yang istimewa kehadiran ilmuwan Kun Wardana Abyoto yang juga ikut berorasi.
Para orator itu semuanya menentang penyebaran jutaan ekor nyamuk Aedes aegypti yang telah disuntik dengan bakteri Wolbachia di Jakarta Barat pada awal Desember 2023, dan di seluruh wilayah Nusantara
Alasan mereka sama, yakni karena dapat menggangu kesehatan masyarakat dan juga mengganggu keseimbangan alam.
Kemenkes mengklaim bahwa penyuntikan bakteri Wolbacia dapat membuat nyamuk Aedes aegypti mandul dan juga dapat mematikannya, sehingga wabah demam berdarah dengue (DBD) yang biasanya muncul setiap musim pancaroba, dapat dihentikan.
Selain itu, Kemenkes juga mengklaim kalau penyebaran nyamuk ber-Wolbachia yang masih tahap penelitian itu, tidak berbahaya.
Namun, sebagaimana disampaikan Kun Wardana, penyebaran nyamuk ber-Wolbachia itu sama sekali tidak aman, karena nyamuk itu dikembangbiakkan di Australia, dan tidak diketahui bagaimana pengembangbiakan itu dilakukan mengingat pengembangbiakan nyamuk membutuhkan darah.
Selain itu, nyamuk Aedes Aegypti punya sekutu, yaitu nyamuk Culex, sehingga ketika nyamuk Aedes Aegypti ditekan, maka akan terjadi ledakan nyamuk Culex yang dapat memicu japanese encephalitis atau radang otak.
"Itu sebabnya di Yogyakarta di mana nyamuk ber-Wolbachia telah disebar, ditemukan 5 kasus japanese encephalitis pada anak, dan seorang di antaranya meninggal," kata dia.
Namun, meski lebih dari dua jam massa sebanyak puluhan orang itu berorasi, tidak ada respon dari pejabat Kemenkes, termasuk dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi, meski orasi massa sangat galak dan keras, antara lain dengan menuduhnya mendapat cuan dari program hasil kerjasama dengan World Mosquito Programme (WMP) itu.
Akhirnya, dua emak-emak dari ARM nekat memanjat pintu gerbang Kemenkes dan masuk ke halaman.
Meski telah dicegah, kedua emak-emak itu ngotot. Dari sinilah kericuhan dimulai, karena setelah di halaman Kemenkes, kedua emak-emak itu berdebat dengan staf Kemenkes dan petugas keamanan karena mereka ingin perwakilan mereka diterima Menkes atau pejabatnya, untuk beraudiensi tentang penyebaran nyamuk ber-Wolbachia yang mereka tolak.
Setelah itu dua emak-emak ikut memanjat pintu gerbang, sementara yang lain mendesak petugas agar pintu gerbang dibuka dan juga meminta agar mereka dapat beraudiensi dengan Menkes atau pejabatnya.
Akhirnya, 10 perwakilan massa dan wartawan diizinkan masuk, tetapi sesampainya di halaman, staf Kemenkes mengabarkan kalau Menkes dan pejabatnya sedang tak ada karena sedang di luar kota.
Situasi pun menjadi panas, karena para perwakilan, terutama emak-emak tak terima pada kabar itu, karena mereka seperti diprank.
"Masak gedung segede gini gak ada pejabatnya? Bilang aja tak mau menemui kami karena takut," damprat enak-emak.
Kondisi ini membuat massa yang masih di luar pagar, marah. Mereka pun ramai-ramai memanjat pintu gerbang, dan masuk. Petugas keamanan, juga polisi, tak mampu mencegah.
Kemudian, ada kabar kalau 10 perwakilan akan ditemui, tetapi ketika akan memasuki gedung, pintu gedung itu diblokade petugas keamanan karena katanya, Menkes dan pejabatnya sedang tidak ada, dan tak ada yang dapat menerima mereka.
Mereka bahkan ditanya siapa yang mengatakan 10 perwakilannya akan diterima?
Massa demonstran pun semakin marah.
"Kalau memang tidak mau menerima.kami, beri kami surat pernyataan bahwa kami ditolak bertemu agar surat itu bisa kami jadikan dasar untuk menggugat Kemenkes!" tegas Babe Aldo.
Presiden Aspek Indonesia, Mirah Sumirat, curiga ada yang ditutup-tutupi oleh Kemenkes, sehingga Menkes maupun pejabatnya tak mau menemui mereka.
"Kalau kita masuk, mereka mungkin takut apa yang mereka sembunyikan itu kita ketahui," katanya.
Hingga berita ditulis, massa aksi masih di halaman Kemenkes karena belum ada pejabat kementerian itu yang mau menemui. Para pejabat itu seperti "sembunyi" semuanya. (rhm)