Jakarta, Harian Umum - Masyarakat Jakarta menanti-nanti dimulainya pengoperasian MRT (Mass Rapid Transit) dan LRT (Light Rail Transit) pada akhir April mendatang. Sebab MRT dan LRT selama ini digaungkan menjadi salah satu moda transportasi dengan teknologi yang cukup canggih.
Lantaran sarana dan prasarana MRT dan LRT menghabiskan dana yang terbilang wah, harga tarifnya pun ikut menyesuaikan. Karena itu dikhawatirkan kebedaraan MRT dan LRT hanya bisa digunakan untuk kalangan tertentu saja. Dampaknya, target penumpang per hari dari MRT dan LRT tidak tercapai.
Pemprov DKI mengestimasi jumlah penumpang pada 2019 untuk MRT Jakarta adalag 65.000 per hari, dan untuk LRT Jakarta yakni 14.255 penumpang per hari. Demikian disampailan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Perekonomian DKI Jakarta, M Abas dalam rapat pembahasan bersama Komisi C DPRD DKI.
"Untuk besaran tarif, Pemprov melalui suratnya Pak Gubernur mengusulkan untuk MRT tarifnya sebesar Rp 10.000 dan LRT sebesar Rp 6.000, rata-rata," sebut Abas.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, Ruslan Amsyari mengatakan target penumpang yang ditetapkan Pemprov DKI terlalu muluk-muluk. Terutama target, LRT sebanyak 14.256 penumpang per hari.
"Perhitungan penumpang segitu banyak, ngga menghayal seperti mimpi di tengah bolong. Misalnya untuk LRT, dari velodrome ke Pulomas saja bisa jalan kaki. Malah naek ojol (ojek online) murah cuma tujuh ribu. Sudah begitu penumpang harus ke stasiunnya dulu. Pasti jarak mereka ke stasiun cukup jauh," ucap Ruslan.
Karena itu menurut Ruslan untuk pembahasan MRT terutama soal besaran tarif untuk masyarakat harus didiskusikan lebih mendalam dengan masing-masing pihak terlibat. "Kita butuh pembahasn lbh detail. Kita akan panggil DTKJ (dewan transportasi kota Jakarta). Karena ini untuk rakyat kecil," terang politisi Hanura tersebut.
"Mungkin saja nantinya mau diturunkan tapi terlalu rendah atau tambah subsidinya bisa saja. Karena itu kita perlu waktu untuk diskusikan lebih jauh," pungkas Ruslan. (Zat)