Jakarta, Harian Umum - Berdasarkan hasil survei terhadap pelaku tawuran pelajar di kota Bekasi. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Kota Bekasi menemukan fakta bahwa mayoritas pelaku tawuran pelajar dari golongan masyarakat kurang mampu yang tinggal di kawasan kumuh dan padat penduduk. Warga yang tinggal di kawasan itu cenderung tak memikirkan masa depannya. menjadi seorang preman yang disegani lebih mudah ketimbang mengejar cita-cita melalui pendidikan.
"Orang tua cenderung abai dengan kondisi pendidikan anak, karena memikirkan kebutuhan keluarga," kata Ketua KPAI, Kota Bekasi, Syahroni, Senin, 13 Maret 2017.
Syahroni menjelaskan pihaknya melakukan observasi untuk mengetahui latar belakang keluarga, perekonomian, serta lingkungan tempat tinggal pelaku. Dengan premanisme anak-anak tersebut lebih bangga, karena mereka sendiri menganggap dapat memperlihatkan jati dirinya.
Persoalan ini menjadi perhatian serius. Pihaknya akan menerjunkan tim untuk mendata pelajar yang tinggal di kawasan kumuh dan padat penduduk dengan kondisi perekonomian di bawah rata-rata. Menurut dia, harus ada motivasi khusus untuk menciptakan optimisme bagi pelajar yang berasal dari kalangan warga kurang mampu, dengan tingkat sumber daya manusia keluarganya di bawah.
"Tidak cukup keluarga, semua ikut andil untuk mencerdaskan anak-anak ini," kata dia.