Jakarta, Harian Umum- DPD Partai Gerindra DKI Jakarta membuka pendaftaran sebagai bakal calon anggota legislatif (Bacaleg) pada Pemilu 2019.
Partai berlambang kepala burung Garuda ini tak hanya membidik kursi RI 1 untuk ketua umumnya, Prabowo Subianto, namun juga mengincar 30 kursi di DPRD DKI Jakarta.
"Pengumuman dan pengambilan formulir dilakukan pada 30 April hingga 5 Mei 2018," jelas Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta M Taufik dalam jumpa pers di kantor DPD, kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (24/4/2018).
Berbagai kalangan, baik tokoh masyarakat, tokoh agama, cendekiawan, tokoh pemuda, tokoh perempuan, dan aktivis, dipersilakan mendaftar asalkan dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Di antaranya bebas narkoba dan memiliki ijazah asli.
"Karena ijazah yang hingga saat ini paling rawan dipalsukan," jelas Taufik.
Syarat lain yang harus dipenuhi adalah mampu memenangkan Prabowo di wilayah tempat tinggalnya saat Pilpres 2019, karena visi msi Gerindra saat ini memperbaiki kondisi bangsa dan negara, dan mengawal visi misi Anies-Sandi hingga 2022.
"Sanggup dengan semua persyaratan ini, ayo, bergabung," katanya.
Taufik mengaku optimis semua target terpenuhi karena Gerindra dengan Prabowo saat ini dianggap sebagai partai pembawa harapan yang dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik ke depannya, dan tidak khawatir dengan hasil sejumlah lembaga survei yang dalam sepekan ini menyebutkan elektabilitas Prabowo terus menurun hingga jauh di bawah calon incumbent Presiden Jokowi.?
Sebab, jelas dia, lembaga survei yang merilis data itu sama saja dengan lembaga survei yang pada Pilkada DKI 2017 silam menyebutkan bahwa Ahok-Djarot yang diusung PDIP, Golkar, NasDem, Hanura, PPP dan PKB akan memenangkan Pilkada, namun faktanya yang menang Anies-Sandi, pasangan yang diusung Gerindra, PKS dan PAN.
Ia bahkan juga mengaku tidak khawatir dengan manuver Partai Demokrat yang tengah mendekati PKS, karena partai berbasis Islam ini telah menyatakan berkoalisi dengan Gerindra di Pilpres 2019, dan koalisi itu solid, sehingga takkan bisa dipecah.
Meski demikian Taufik mengakui, tidak menutup kemungkinan Gerindra juga berkoalisi dengan partai lain seperti PAN.
"Tapi dengan siapa pun Gerindra berkoalisi, kami yakin Prabowo akan tetap memenangkan Pilpres, karena masyarakat merasakan benar bagaimana susahnya hidup di era kepempinan Jokowi saat ini. Apalagi karena dia juga baru saja menerbitkan Perpres No 20 Tahun 2018 yang memudahkan tenaga kerja asing bekerja di Indonesia, dan bahkan mau mengimpor dosen," katanya.
Taufik enggan menyebutkan apa strategi Gerindra DKI untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo agar dapat memenangkan Pilpres, namun ia menjelaskan, berdasarkan pengalaman Pilpres 2014 yang sarat kecurangan, pihaknya telah mulai melakukan antisipasi.
"Kami telah menerjunkan relawan untuk mengawal pelaksanaan coklit (pencoockan dan penelitian) data pemilih agar tidak muncul suara-suara siluman yang berdampak pada terjadinya penggelembungan DPT (Daftar Pemilu Tetap)," katanya.
Untuk diketahui, isu yang berhembus kencang di media sosial, Pemenang Pilpres 2014 sebenarnya Prabowo, bukan Jokowi.
Soal ini antara lain dicuitkan akun @ireneviena di Twitter.
"Kekalahan Prabowo pada pilpres 2014 patut diduga dihasilkan dari kecurangan, terutama pada Jawa Tengah 82% Papua 102% Jawa Timur 78%. Prosentase tingkat partisipasi pemilih di 3 propinsi ini tidak wajar. Hasil pilpres 3 propinsi ini diumumkan belakangan. Selisih suara > 11 juta," kicau akun itu pada 22 Desember 2017.
"Mengapa Prabowo gagal jadi presiden 2014? Diduga pilpres dicurangi. Timses dan ring 1 prabowo khianat (agen ganda). Pencurangan pilpres 2014 yg merugikan Prabowo tidak dicegah, tidak dibongkar, tidak diusut Data cikeas center : Prabowo 54%," kata akun itu pada hari yang sama. (rhm)