Jakarta, Harian Umum -Berapa sebenarnya jumlah Tuhan? Mengapa ada banyak sekali jumlah agama di dunia. Para penganut agama tersebut menyembah Tuhan yang berbeda-beda. Dan, mereka meyakini agama merekalah yang paling benar.
Penganut agama-agama kategori monoteisme bertuhan ke satu tuhan. Namun, antara tuhan yang dianut pemeluk agama yang satu, berbeda dengan tuhannya agama yang lain.
Sementara agama-agama kategori yang lain, yakni politeisme, memiliki banyak tuhan untuk sebuah agama.
Lantas, benarkah hanya Allah SWT satu-satunya Tuhan yang ada di dunia ini. Ustadz Adi Hidayat-yang kerap disapa UAH-punya bukti yang sangat kuat dan teruji untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Menurut UAH, dari segi penamaannya saja sudah tak terbantahkan bahwa Allah-lah satu-satunya tuhan yang nyata di dunia yang fana ini.
Ada nama khusus dari Allah yang menunjukkan Dialah tuhan yang pantas disembah manusia. Dalam kitab suci agama Islam yaitu Alquran, tertulis kisah Nabi Muhammad yang ditanyai kaumnya soal tuhan.
"Wahai Muhammad, siapa nama tuhanmu yang benar," kata orang-orang Qurais, saat itu.
Nabi lalu menjawab pertanyaan tersebut dengan “Qul A'udzu bi Rabb Al Falaq” dan “Qul a'ụdzu birabbin-nas”.
Namun, kaum Quraisy tidak mempercayai jawaban itu karena jika hanya “Rabb”, mereka juga mempunyainya.
"Jadi, dia yang diinginkan namanya diketahui Tuhan itu, Huwa dia lah Allahu Ahad, namanya Allah sifat Allah nya Ahad,” kata UAH.
Jadi kalau Anda bertanya siapa Huwa ini dan dari mana tahunya ke Allah? Kembalikan ke surat Al-Ikhlas. “Qul huwallah” katany.3 "Huwa yang dimaksud dengan Huwa ini adalah Allah,” pungkasnya.
Sementara Alquran sendiri mengabarkan bahwa Allah adalah satu-satunya tuhan di muka bumi.
"Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maha Suci Allah, Rabb dari ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.”
Itu tertera dalam surat al-Anbiya’ ayat ke-22. Jadi, seandainya ada dua tuhan, maka pastilah hancur alam semesta ini. Ketika yang satu berkehendak atas sesuatu dan yang lain tidak menghendakinya, maka tidak mungkin bisa terwujud kedua kehendak ini secara bersamaan.(RR)