Jakarta, Harian Umum- Jumlah hewan yang dikurbankan di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, dalam rangka perayaan Hari Raya Idul Adha 1439 Hijriyah, Rabu (22/8/2018), turun dibanding tahun lalu.
Penurunan diduga akibat imbas tahun politik dan musibah gempa bumi di Lombok, NTB.
Menurut Kepala Humas dan Protokol Masjid Istiqlal, Abu Hurairah, tahun ini Masjid Istiqlal memotong 25 ekor sapi dan 17 ekor kambing.
"(Hasil pemotongan) diantar ke mustahik (secara) langsung, tidak pakai kupon," imbuhnya melalui pesan WhatsApp.
Menurut data, tahun lalu masjid terbesar di Asia Tenggara ini menerima sumbangan 27 ekor sapi dan 26 ekor kambing. Pada 2016 jumlahnya lebih banyak lagi, yakni 32 ekor sapi.
Sebanyak 25 ekor sapi yang disembelih tahun ini, seekor di antaranya dibeli sendiri oleh pengurus Masjid Istiqlal, sisanya sumbangan dari berbagai kalangan seperti dari Presiden Jokowi (1 ekor), Wapres Jusuf Kalla (1 ekor), keluarga Cendana (2 ekor), Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan (1 ekor), dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (1 ekor).
Pegawai Masjid Istiqlal yang bertugas di tempat pemotongan masjid ini mengatakan, ke-25 sapi dan 17 kambing tersebut akan disembelih ba'da isya oleh sekitar 20 jagal dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Cakung, Jakarta Timur, dan diperkirakan rampung pada Kamis (23/8/2018) sekitar pukul 03:00 - 04:00 WIB.
"Setelah dipotong, langsung dibagikan kepada yayasan, kelurahan dan organisasi yang mengajukan proposal. Jumlahnya sebanyak jumlah mustahik yang tercantum dalam proposal. Kalau misalnya dalam proposal disebutkan ada 100 mustahik, karena satu mustahik mendapat 1 kg, maka kita berikan 100 kilogram," katanya.
Meski demikian ia mengakui, daging yang disalurkan dalam bentuk glondongan, bukan yang sudah dicacah-cacah.
"Pencacahan dilakukan oleh pihak yang mengajukan proposal setelah menerima dari kami, tapi kantong pelastik untuk menempatkan daging yang sudah dicacah, kita berikan," katanya.
Petugas ini juga mengakui kalau sistem ini sudah berlangsung selama tiga tahun, karena sebelumnya pembagian dilakukan dengan menggunakan kupon.
"Ada beberapa persoalan kalau menggunakan kupon. Di antaranya, selain berpotensi ricuh karena para mustahik itu selalu saja takut tidak kebagian, sehingga berebutan, juga karena selalu kami dapati mustahik yang meminta bagian tapi bukan untuk dikonsumsi, melainkan dijual. Dan ada penadahnya," kata dia.
Dengan sistem pembagian melalui pihak-pihak yang mengajukan proposal, imbuhnya, penyaluran daging kurban menjadi lebih efektif, clean dan tepat sasaran.
"Lagipula kalau pakai kupon kita juga malu, Pak, karena para mustahik itu selalu rebutan. Padahal pembagian daging kurban di sini tidak saja diliput media lokal, tapi juga media asing," imbuhnya lagi.
Dari obrolan harianumum.com dengan para pegawai Masjid Istiqlal yang bertugas di tempat pemotongan hewan ini, juga diketahui kalau tahun politik berpengaruh cukup besar terhadap penurunan jumlah hewan kurban di Istiqlal tahun ini.
Menurut mereka, tak sedikit politisi yang biasanya menyumbang hewan kurban ke Istiqlal, tahun ini menyumbang di masjid-masjid yang berada di daerah pemilihan (Dapil)-nya.
"Biasa, Pak, untuk meraih simpati masyarakat agar dipilih lagi jadi anggota DPR atau DPRD," katanya.
Selain hal tersebut, musibah gempa di Lombok juga diduga ikut mempengaruhi jumlah sumbangan hewan kurban ke Istiqlal, karena menurut informasi, saat ini tak sedikit masyarakat yang menyumbang sapi dan kambing untuk dikurbankan di sana, demi meringankan beban warga yang hingga hari ini masih membutuhkan bantuan. (rhm)