Jakarta, Harian Umum - Semua adalah hamba Allah. Baik dia pemimpin atau rakyat biasa, orang Indonesia atau orang Amerika, kulit putih atau kulit hitam. Semuanya ada di muka bumi ini. Kita semua hamba Allah. Tuhan kita satu. Namanya Allah.
Sebuah hadits dari Abu Dzar -semoga Allah meridhainya- dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam perkara yang beliau riwayatkan dari Allah Ta’ala (hadits qudsi) bahwasannya Allah Ta’ala berfirman: “Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diriKu.
Dan aku jadikan kezaliman itu sesuatu yang haram di antara kalian. Maka kalian jangan saling berbuat zalim. Wahai hamba-hambaKu, setiap kalian tersesat kecuali orang yang Aku berikan hidayah. Maka mintalah hidayah kepadaKu, niscaya Aku akan berikan kalian hidayah.
Wahai hamba-hambaKu, setiap kalian itu lapar kecuali orang yang Aku berikan makan. Maka mintalah kepadaKu makan, niscaya Aku akan memberi kepada kalian makan. Wahai hamba-hambaKu, setiap kalian itu telanjang kecuali orang yang aku berikan pakaian.
Maka mintalah pakaian kepadaKu, niscaya Aku akan memberikan kamu pakaian. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian selalu berbuat dosa di waktu malam dan siang, sementara Aku senantiasa mengampuni dosa. Maka mintalah ampun kepadaKu, niscaya Aku akan ampuni dosa kalian.
Wahai hamba-hambaKu, kalian tidak akan bisa memberikan mudharat kepadaKu, tidak pula kalian akan mampu untuk memberikan manfaat kepadaKu.
Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalaulah generasi awal kamu dan akhir kamu, manusia dan jin, semuanya mereka diatas setaqwa-taqwa hati seorang laki-laki di antara kalian, itu tidak akan menambah kerajaanKu sedikitpun juga.
Wahai hamba-hambaKu, kalaulah generasi awal kalian sampai akhir kalian, manusia dan jin kalian, semua diatas hati yang paling buruk seseorang dari kalian, itupun tidak mengurangi kerajaanKu sedikitpun juga.
Wahai hamba-hambaKu, kalaulah generasi awal kalian sampai akhir kalian, manusia dan jin kalian, semua berkumpul di sebuah tanah lapang dan semua mereka minta kepadaKu dan aku memberikan setiap manusia permintaannya, sama sekali tidak mengurangi kekayaanKu kecuali seperti jarum yang dimasukkan ke dalam lautan.
Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya amalan-amalan itu Aku akan hitung untuk kalian kemudian Aku akan balas untuk kalian. Siapa yang menemukan balasan kebaikan hendaklah ia memuji Allah, dan siapa yang menemukan balasan selain kebaikan, maka jangan ia mencela kecuali dirinya sendiri.” (HR. Muslim no. 2577).
Tidak mungkin Allah mendzalimi hambaNya sedikitpun juga. Makanya Allah berfirman:
“Dan Rabbmu tidak akan pernah menzalimi siapapun juga.” (QS. Al-Kahfi[18]: 49)
Ketika kita tidak diberi oleh Allah harta dunia, bukan berarti Allah dzalim dan bakhil. Akan tetapi itu adalah hikmah setelah rahmat. Ada orang diberikan oleh Allah kekayaan, ada orang yang Allah berikan kepada mereka kemiskinan, bukan berarti Allah dzalim, bukan berarti Allah bakhil.
Dan diberikan harta juga bukan menunjukkan seseorang itu dikasihsayangi oleh Allah. Termasuk mereka yang lahir dalam keadaan cacat.
Kaya, miskin itu bukan tanda kasih sayang Allah kepada seorang hamba. Akan tetapi kasih sayang Allah hakikatnya adalah siapa yang diberikan hidayah keimanan, ketakwaan, ketaatan, maka itulah orang-orang yang diberikan oleh Allah rahmat dan kasih sayang.
Ada orang yang terlahir dalam keadaan cacat, Allah tidak dzalim. Banyak di antara kita karena kurangnya keilmuan tidak mengerti kenapa terjadi begini dan begitu. Lalu dengan kekurangan ilmu kita ini kita tuduh Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa Allah dzalim, Allah tidak sayang dan yang lainnya. Allah berfirman:“Allah yang maha tahu dan kamu tidak tahu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 216).(RR)
Hadits Qudsi Hari Ini
"Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman, “Aku mengikuti sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Dan Aku ada bersamanya jika ia senantiasa ingat Aku. Jika ia ingat Aku sendirian, maka Aku pun akan ingat ia sendirian. Jika ia ingat Aku dalam sekumpulan orang, Aku akan ingat dia dalam kumpulan yang lebih baik dari itu (Malaikat). Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekat kepadaku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya satu depa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya berlari” (HR. Bukhari no.7405)