Jakarta, Harian Umum-Kendang pertarungan politik tidak hentinya bergemuruh. Indonesia berada pada fase ujian kekuasaan dimana elite politik senior mesti menyiapkan diri menelan ludah ditengah narasi "Regenerasi".
Diksi Dinasti Politik adalah interpretasi dari cara orang bereaksi terhadap kondisi politik tanah air hari ini. Meski demikian, nyata sekali bahwa situasi ini tidak dapat dihindari oleh para elite politik.
Aktivis Etnis Tionghoa, Zeng Wei Jian atau akrab disapa Kenken menyatakan dinasti politik ini seperti memberikan cermin untuk cahaya. Membidik, kemudian memantul.
Menurutnya, di negara-negara besar berpaham demokrasi sekalipun, fenomena ini biasa terjadi. Bahkan, dinasti politik adalah satu-satunya jalan untuk mengawetkan kekuasaan. Amerika misalnya, ada 11 kekuatan politik penuh berbasis keluarga. Powerfull Family ia sebut.
"Ada 11 powerfull family di arena politik Amerika; Bush, Kennedy, Adam, Roosevelt, Rockefeller, Clinton, Cuomo dan lain-lain. Yes, United States is a democracy. Tapi sama sekali ngga berarti Amerika tidak memiliki powerful family dynasties," ujar Kenken, di Jakarta.
Menurutnya tren dinasti politik itu ada di semua negara. Bahkan, ucapnya, Andi Arief menyebut ini sebagai Asiatic Style Politics. Dia mengatakan, pemilu adalah antithesis the politics of hereditary entitlement.
"Sekalipun widespread rhetorical condemnation of dynastic leadership merebak, trend "Dinasti Politik" ada di semua negara. Aktifis Andi Arief menyebutnya Asiatic Style politics," lanjutnya.
Dia menyinggung soal kritik Rocky Gerung terhadap pencalonan Gibran dengan terminologi otak kosong. Di sisi lain, politik dinasti yang sedang berlangsung di beberapa daerah tidak disentuhnya.
"Politisi nyaru philosopher macam Roki Gerung nge-bully dengan terminologi: Otak Kosong. Tapi dukung AHY nyagub dan diem melihat Siti Nur Azizah puteri Wapres Makruf Amin maju di Pilwako Tangsel. Mungkin karena diusung Partai Demokrat & PKS,"
Dia mengingatkan agar Gibran, Yeni Wahid, AHY, Puan dan yang lainnya tidak memprioritaskan kepentingan keluarga di atas kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara.
"Dinasti Politik & Politik Dinasti tak terhindari. Semoga Gibran, AHY, Yeni Wahid, Saraswaty Rahayu dan Puan Maharani tidak memprioritaskan apa yang disebut Sociologist Andre Beteille sebagai family name over merit in politics," tutupnya
Sebelumnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri disela peresmian 20 kantor DPD/DPC se-Indonesia menyampaikan bahwa 2024 adalah puncak dari proses regenerasi partai.
"Kita akan melakukan sebuah regenerasi. Dapat dikatakan total pada 2024," katanya
Sebelumnya, Putri Founder bangsa ini meneken SK partai untuk mengusung Gibran Rakabuming dalam kontestasi Pemilihan Walikota Solo di Pilkada 2020 mendatang. Diketahui bahwa Gibran merupakan anak sulung Presiden RI Joko Widodo. Hal ini mengundang reaksi berbagai kalangan lantaran sepertinya Jokowi menggunakan kekuasaan untuk melanggengkan kekuasaan, Nepotisme dibilangnya.
Sejalan dengan PDIP, ketua umum Gerindra Prabowo Subianto pada Februari 2020 lalu turut menyatakan mendukung pencalonan Gibran untuk maju di Pilkada Kota Solo. Menteri Pertahanan ini mengintruksikan kader nya untuk all out dukung Gibran.
"Ya kalau soal dukung mendukung ya kami juga sudah ada arahan (dari Prabowo) untuk mendukung (Gibran)," kata Waketum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 11 Februari 2020. (hnk)