Jakarta, Harian Umum - Gempa bumi 7,4 SR yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, dan memicu tsunami di wilayah itu dan Palu, merusak delapan rumah tahanan (Rutan) dan lembaga pemasyarakatan (Lapas) yang dikelola Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kementerian Hukum dan HAM.
Akibatnya, sekitar 1.425 warga binaan di kedelapan Rutan tersebut hilang, diduga melarikan diri.
"UPT yang terdampak gempa adalah Lapas Palu, Rutan Palu, Rutan Donggala, Cabang Rutan Parigi, Rutan Poso, Bapas Palu, LPKA Palu, LPP Palu," jelas Direktur Jenderal PAS, Sri Puguh Budi Utami, saat konferensi pers di Kantor Ditjen PAS, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (1/10/2018).
Ia menjelaskan, total jumlah narapidana di Sulteng sebanyak 3.220 orang. Pasca gempa dan tsunami, data sementara menyebutkan hanya tersisa 1.795 orang.
"Kami masih menunggu informasi dari Donggala karena di sana belum ada narapidana yang kembali dan (Rutan) masih kosong," imbuh dia.
Rutan Donggala berkapasitas 108 orang, namun diisi 343 narapidana. Masih belum jelas apakah para narapidana di Rutan ini melarikan diri setelah gempa merusak bangunan Rutan, atau tewas di sapu tsunami.
Di Lapas Palu yang berkapasitas 210 orang, jelas Utami, diisi 581 narapidana. Pagi ini, pasca gempa, hanya tersisa 66 narapidana.
Di Rutan Palu yang berkapasitas 120 orang, diisi oleh 463 natapidana. Pagi ini, terdata hanya tersisa 53 orang narapidana.
"Kemarin (Ahad) saya hitung 56. Itu tidak kabur. Ada keluarga yang meninggal, sehingga mereka melihat keluarganya," katanya.
Semetara itu, untuk LPP Palu yang berkapasitas 100 orang, hanya diisi 84 narapidana dengan tiga balita. Untuk hari ini, disebutkan tersisa sembilan orang narapidana saja di dalam.
Untuk LPKA Palu, dengan kapasitas 100 orang, diisi oleh 29 anak dan pagi ini hanya tersisa lima orang anak.
Utami menegaskan, tidak adanya para tahanan dan narapidana itu semata-mata sebagai kebutuhan penyelamatan diri atas dampak gempa.
"Kondisi ini terjadi karena bangunan Lapas dan Rutan di wilayah tersebut rusak dan mengancam kesellamatan diri mereka," pungkasnya.
Menurut data, dari kedelapan Lapas dan Rutan yang rusak tersebut, yang terparah dialami Rutan Kelas IIA Palu. Rutan ini ambruk digoyang gempa 7,4 SR. (rhm)