Jakarta, Harian Umum - Anjloknya produksi garam membuat pemerintahan Joko Widodo yang menutup kran import garam kembali membukanya. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan kembali memproduksi garam lokal karena Indonesia sebagai daerah bahan baku garam.
Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto, pemerintah tengah mengkaji teknologi baru.
"Kita sebenarnya bisa memproduksi garam dengan lebih efisien dan cepat," ujar Unggul usai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jumat, 4 Agustus 2017.
Unggul menjelaskan, produksi garam di Indonesia bisa ditingkatkan dengan meningkatkan kadar konsentrasi garam di air laut. Caranya, air laut secara intensif diputar di wadah pengolahan sebelum dialirkan ke lahan pengeringan.
Kadar konsentrasi garam yang lebih tinggi, menurut Unggul, juga akan mempersingkat proses produksi garam. Apabila sebelumnya petani garam menghabiskan waktu 12 hari untuk proses pengeringan air laut, bisa diperisingkat jadi 4 hari saja.
"Namun, butuh lahan yang lebih luas untuk menampung air laut yang telah diaduk," ujar Unggul.
Sementara itu Deputi Bidang Teknologi Agro Industri BPPT Eniya L Dewi membenarkan ucapan Unggul. Dibutuhkan lahan minimal 300-400 hektar dan 2 waduk untuk menerapkan teknologi yang dimaksud Unggul.
"Misalnya cuma ada 15 hektar, itu tidak akan optimum," ujar Eniya.
Eniya menyampaikan pemerintah menimbang dua opsi perihal penyediaan lahan untuk peningkatan produksi garam.
- Adalah membentuk korporasi antar para pemilik lahan produksi garam di Jawa untuk menerapkan teknologi yang dikaji BPPT.
- Melakukan ekspansi ke Indonesia Timur. Menurut Eniya, wilayah NTT, NTB, dan Sulawesi Selatan patut dijajaki karena memiliki lahan luas dan curah hujan rendah.
"Kalau ada 15 ribu hektar, kita bisa produksi garam 500 ribu ton," ujarnya.
Di Informasikan Pada tahun 2016, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor sekitar 2 juta ton garam dengan nilai kurang lebih 100 juta Dollar AS.
Angka impor tersebut berpotensi meningkat tahun ini karena kelangkaan garam yang terjadi. Beberapa hari lalu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito menyetujui impor 75 ribu ton garam dari Australia untuk merespon kelangkaan garam.