Jakarta, Harian Umum - Ancaman pembunuhan terhadap sejumlah tokoh oleh perusuh pada aksi demonstrasi 21-22 Mei lalu, dinilai hanya gertakan. Demikian dikatakan MENTERI Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu.
"Kalau katanya mau membunuh pejabat-pejabat, saya rasa jauhlah, enggak begitu," kata dia di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, kemarin.
Menurutnya ancaman tersebut hanya sikap ketidakpuasab atas hasil paska pengumuman Pemilu 2019.
Ia mencontohkan dirinya yang sering mengancam orang, tapi tak pernah merealisasikannya.
"Saya juga suka bilang begini, 'entar gua gampar lu', sampai berapa puluh tahun enggak ada yang saya gampar kok. Kalau orang Betawi, saya tembak kepalanya, sudah berapa puluh tahun enggak ada yang ditembak kepalanya."
Karena itu Menhan meragukan ancaman tersebut. Justru yang dikhawatirkan menurutnya adanya pihak lain yang memanfaatkan situasi apabila terjadi kerusuhan.
"Saya kan sama mereka (Polri) bertahun-tahun, tidak ada tuh bunuh-bunuhan. Bukan meragukan, tapi enggak mungkin (terjadi). Mudah-mudahan tidak terjadi," ujarnya.
Rencana pembunuhan kepada empat tokoh ini diketahui berdasarkan pemeriksaan kepolisian terhadap para tersangka terkait kerusuhan 22 Mei. Kepolisian juga telah mengamankan beberapa pucuk senjata yang rencananya akan digunakan untuk membunuh target tersebut.
Ryamizad menambahkan menyayangkan ada pihak yang mengatakan akan ada lagi kerusuhan besar pada Juni mendatang.
Oleh sebab itu Ryamizad mengajak puas dengan hasil pemilu mengadukan ke lembaga yang berwenang menangani perkara tersebut.
"Mari kita antisipasi. Saya mengajak semua pihak untuk tidak melakukan kerusakan sebab yang susah bukannya 01 02. Rakyat kok," ujarnya. (Zat)