Tasikmalaya, Harian Umum - Gotong royong merupakan istilah yang pertama kali dikenalkan Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno. Gotong Royong diinspirasi dari kegiatan masyarakat (Jawa) ketika memindahkan rumah dilakukan bersama-sama dengan cara digotong menggunakan ruyung (batang pohon pinang/kelapa). Kemudian, melekat lah nama Gotong Royong.
Gotong royong hingga saat ini masih menjadi tradisi Indonesia di berbagai daerah. Tak ayal, gotong royong juga sering kali digunakan kalangan politisi untuk dijadikan jargon, bahkan menjadi salah satu metode peraihan suara alias dipolitisasi.
Di berbagai daerah, gotong royong juga memiliki istilah lain. Misalnya, di Kabupaten Tasikmalaya. Gotong royong disebut juga Gerebuhan. Bedanya, gerebuhan cenderung dilakukan oleh kelompok muda.
Adalah kampung Banjarsari, Desa Banjarsari, Kabupaten Tasikmalaya yang hingga kini masih merawat tradisi gerebuhan tersebut. Di kampung ini, semangat pemuda masih dipersatukan dengan gerebuhan. Seperti halnya dalam rangka pembangunan fasilitas umum atau rumah milik warga. Pemuda Banjarsari senantiasa gerebuhan atau gotong royong menuntaskan pekerjaan-pekerjaan tersebut.
"Untuk hampir setiap pembangunan infrastruktur publik seperti masjid, pesantren, gardu, selokan, gang, dan bahkan dalam keperluan membangun rumah yang sifatnya pribadi, kita gerebuhan," ujar ketua Pemuda Banjarsari, Setia Aji di Tasikmalaya, Minggu (17/1/2021).
Aji menuturkan, merawat tradisi gerebuhan dikalangan pemuda menurutnya tidak mudah. Terlebih saat ini arus modernisasi telah mempengaruhi jiwa pemuda menjadi lebih individual. Namun, Aji menegaskan bahwa di tempatnya, gerebuhan menjadi tradisi yang hukumnya wajib dirawat.
"Untuk itu, meski arus modernisasi telah cukup banyak mengakibatkan sifat individualis, namun di kampung kami insyaallah budaya sosial itu tidak akan sampai punah. Contohnya hari ini, kita gerebuhan merenov pesantren di sini," jelasnya.
"Terlebih, ketika melakukan gerebuhan tersebut selalu saja ada rijki dari tokoh-tokoh yang peduli. Kan alhamdulillah. Kopi rokok dan gorengan bisa pemuda nikmati. Dan kalau ada rijki lebih bisa masuk ke kas pemuda juga." Lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Desa Banjarsari, Teteng menyambut baik kegiatan pemuda di wilayahnya yang menurut Teteng merupakan kegiatan positif. Teteng berharap, kegiatan pemuda Banjarsari dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya.
"Saya sangat mengapresiasi kepedulian para pemuda seperti di kampung Banjarsari ini. Selain membantu moral sosial pemuda, kegiatan mereka sangat baik untuk diteladani oleh generasi milenial lainnya." Ujar Teteng. (hnk)