Jakarta, Harian Umum - Pakar Hukum Tatanegara Feri Amsari membongkar kalau mark up perolehan suara untuk Paslon nomor urut 02 Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024 merata di 16 provinsi dan 93 kabupaten/kota yang ia dan timnya teliti.
Semua itu dimungkinkan karena Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) KPU bermasalah.
"Soal penggelembungan suara, temuan terbarunya adalah dari 16 provinsi dan 83 kabupaten/kota yang kami teliti di Sirekap, upaya penggelembungan itu cukup merata," kata Feri dalam konferensi pers Jaga Pemilu di Jakarta, Sabtu (24/2/2024).
Ia meyakini kalau penggelembungan itu disengaja, karena kalau batas maksimal jumlah pemilih di setiap TPS adalah 300, maka janggal jika input angka di atas jumlah itu seperti 600, 700, dan 800, diterima oleh Sirekap KPU, karena seharusnya sistem Sirekap menolak.
"Kami semakin yakin dengan pola.penggelembungan yang cukup merata, ini diyakini ada kesengajaan, Sebab itu kami juga mempertanyakan mengapa KPU enggan melakukan audit forensik (terhadap Sirekap itu)," katanya.
Temuan terbaru yang lain, sambung Feri, fokus meneliti Formulir C1 yang diunggah ke Sirekap ternyata bukan solusi atau bukan fokus utama untuk mengungkap kecurangan Pilpres 2024, karena penggelembungan jumlah suara dari formulir C1 yang diunggah ke Sirekap, merupakan bagian dari kecurangan tersebut.
Ia menyebut bahwa untuk dapat menang satu putaran, Paslon peserta Pilpres 2024 harus mendapat suara lebih dari 50%, dan di Sirekap perolehan suara 02 mencapai 58%.
"Mengapa 58%? Ini terkait dengan logika norma dalam UU Pemilu, karena kalau angkanya 51-52%, ini mudah membuktikan adanya kecurangan, sehingga dinaikkan menjadi 58-59% agar orang kesulitan membuktikan adanya kecurangan karena selisih jumlah suara dengan Paslon yang lain mencapai 16 juta," katanya.
Selain hal tersebut, kata dia, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang baru, penanganan perselisihan di MK hanya terkait hasil Pilpres, sementara untuk membuktikan adanya kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif, merupakan ranah Bawaslu.
"Jadi, di situ sulitnya membuktikan adanya kecurangan di.MK karena selisih suara yang mencapai 16 juta," katanya.
Seperti diketahui, perolehan suara Paslon 02 Prabowo-Gibran diduga dimark up karena jumlah suara yang tertera di formulir C1 yang diunggah ke Sirekap, banyak yang berbeda setelah dicatatkan di Sirekap. Bahkan sejak 15 Februari 2024 hingga hari ini, total perolehan suara 02 tak bergeser dari 58%, sementara perolehan suara Paslon 01 Anies-Muhaimin (AMIN) tetap di 24%, dan Paslon. 03 Ganjar-Mahfud 16%. Meski setiap hari data masuk ke Sirekap, persentase itu tak bergeser.
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, Ketum Partai Ummat Ridho Rahmadi mengungkap bahwa algoritma Sirekap sengaja didesain untuk memenangkan 02. Bahkan dalam sebuah video yang viral di media sosial, seorang pakar IT membeberkan kalau algoritma Sirekap dikunci untuk memenangkan 02 dengan 58%.
"Jadi, kalaupun ada kesalahan input yang dikoreksi, maka kesalahan itu akan berpindah ke formulir C1 yang lain yang diunggah ke Sirekap, sehingga persentasenya tetap 58%," katanya.
Karena hal itu, Cawapres nomor urut 03 Mahfud MD l, juga pakar telematika Roy Suryo meminta agar IT.KPU diaudit forensik untuk membuktikan adanya kecurangan tersebut.
Sementara Capres 03, Ganjar Pranowo, bahkan mengusulkan penggunaan hal angket oleh DPR untuk membongkar kecurangan tersebut. (rhm)