Jakarta, Harian Umum - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, sekitar 2% wilayah ZOM (Zona Wilayah Musim) Indonesia pada pekan kedua April 2025.telah memasuki musim kemarau, sementara sebagian besar wilayah lainnya tengah mengalami periode peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Kondisi ini membuat sejumlah wilayah di Indonesia dalam sepekan terakhir mengalami kondisi udara yang terasa panas dengan suhu maksimum melebihi 35 derajat Celcius.
Seperti dilansir CNBC Indonesia, Kamis (1/5/2025), BMKG menyebut suhu tertinggi tercatat di Stasiun Meteorologi Juanda, Jawa Timur, yang mencapai 37,9 derajat Celcius, disusul Stasiun Meteorologi Tanah Merah, Papua Selatan sekitar 37 derajat Celcius, dan di Balai Besar MKG Wilayah II Tangerang Selatan mencapai 35,4 derajat Celcius.
BMKG bahkan mengingatkan agar mewaspadai ancaman bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), dan meminta semua pihak meningkatkan kesiapsiagaan sejak dini karena ada prediksi potensi Karhutla meningkat selama musim kemarau tahun 2025 ini.
"Dengan risiko Karhutla yang mulai muncul di berbagai wilayah, pencegahan sejak dini menjadi langkah paling efektif untuk menghindari kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, hingga dampak kesehatan masyarakat," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati seperti dikutip dari laman resmi BMKG
Untuk itu, Dwikorita meminta seluruh pihak, termasuk pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat, dapat melakukan langkah-langkah mitigasi guna menekan risiko serta dampak yang ditimbulkan.
BMKG memprediksi bahwa awal musim kemarau 2025 akan terjadi secara bertahap mulai akhir April hingga Juni di sebagian besar wilayah. Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada periode Juni-Agustus.
"Sifat kemarau diprediksi didominasi kondisi normal (sekitar 60%), namun 26% wilayah berpotensi mengalami kemarau atas normal (lebih basah) dan 14% bawah normal (lebih kering)," papar Dwikorita.
Ia menyebut, pada periode April-Mei 2025 risiko Karhutla umumnya rendah, tetapi beberapa area di Riau, Sumatra Utara, dan NTT mulai menunjukkan risiko menengah hingga tinggi.
"Pada Juni 2025, peningkatan signifikan risiko Karhutla terjadi di wilayah Riau (41,5% wilayah berisiko tinggi), Sumatra Utara, Jambi, dan sekitarnya," jelasnya. (man)


