Jakarta, Harian Umum- Cawapres nomor urut 02 pada Pilpres 2019, Sandiaga Salahudin Uno, meminta para relawan dan pendukungnya untuk selfi-selfi di TPS saat hari pencoblosan Pilpres 2019 pada 17 April mendatang.
Permintaan ini disampaikan terkait kian mencuatnya dugaan akan terjadinya kecurangan pada perhelatan akbar lima tahunan tersebut, karena beberapa indikator.
"Kekuatan ada di tangan rakyat, karena itu, kecurangan seperti apa pun tapi jika rakyat sudah bergerak, kita akan tetap menang," katanya dalam diskusi bertajuk '2019, Adios Jokowi?' di kantor Seknas Prabowo-Sandi, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/1/2019).
Ia pun kemudian bertanya kepada ratusan pendukung dan relawan yang memadati lokasi acara.
"Siap kawal?!" tanyanya.
"Siap!!!" jawab pendukung dan relawannya serentak.
"Siap menangkan (Prabowo-Sandi)?!" tanya Sandi lagi.
"Siap!!!" jawab pendukung dan relawannya lagi.
Mantan Wagub DKI Jakarta itu mengakui kalau potensi kecurangan di Pilpres 2019 bukan tak mungkin terjadi, karena saat ia dan Gubernur Jakarta Anies Baswedan bertarung di Pilkada Jakarta 2017 kontra Ahok-Djarot, kecurangan yang terjadi sangat dahsyat.
"Saat itu KJP (Kartu Jakarta Pintar) diberikan menjelang hari pencoblosan oleh petahana (Ahok), Kartu Jakarta Lansia (KJL) begitu juga. Bahkan dua hari sebelum hari pencoblosan, bertruk-truk sembako dibagikan kepada masyarakat, dan warga Kepulauan Seribu dikirimi sapi," katanya.
Sandi mengakui kalau saat itu ia dan Anies sempat galau, sehingga akhirnya menemui ulama untuk meminta petunjuk.
"Ulama yang kami temui mengatakan yakin 100% kami akan menang, dan kami diminta berdoa serta memasrahkan segalanya kepada Allah SWT. Hasbunallah wani'mal wakil, ni'mal maula wani'mannashir ... Dan alhamdulillah,
kami menang," katanya.
Untuk Pilpres 2019, Sandi meminta agar para pendukung dan relawan tak hanya menjaga TPS, namun juga melakukan selfi-selfi di tempat itu karena selfi juga dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi kecurangan Pilpres.
"Lakukan selfi di TPS untuk mengantisipasi kecurangan," katanya.
Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia, Chusnul Mar'iyah, yang hadir menjadi salah seorang pembicara dalam diskusi ini, mengatakan, wajar kalau rakyat khawatir jika Pilpres 2019 takkan berlangsung jujur dan adil, karena KPU sendiri seperti tak paham pada tugas dan fungsinya, sehingga terkesan tidak independen dan memihak salah satu pasangan calon.
Ia menyebut beberapa indikasi ketidakindependenan KPU yang berpotensi menimbulkan kecurangan Pemilu, yakni kotak suara dari kardus yang rawan rusak, adanya tambahan pemilih hingga 31 juta orang, peniadaan penyampaian visi misi oleh Capres-Cawapres, dan pemberian soal debat Capres-Cawapres sepekan sebelum debat dilaksanakan.
"KPU itu sebenarnya guardian of democracy, tapi KPU sendiri tidak bisa meyakinkan masyarakat bahwa mereka dapat menyelenggarakan Pemilu yang jujur dan adil. Malah kalau kita mengkritik KPU, katanya kita mendelegitimasi KPU," katanya.
Mantan komisioner KPU ini pun mengatakan, kalau situasinya sudah demikian, maka jika rakyat menginginkan pergantian presiden, maka harus ada gerakan dari rakyat.
"Rakyat harus mengawal pelaksanaan Pemilu untuk memastikan Pemilu ini dapat berlangsung jujur dan adil," tegasnya. (rhm)