Jakarta, Harian Umum - Kurs rupiah ditutup menguat pada penutupan perdagangan Kamis (18/4/2024), meski masih berada di level Rp16.000-an/dolar AS, level terburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Data Bloomberg menunjukkan, rupiah ditutup menguat 41 poin atau 0,25% ke level Rp16.179/dolar AS setelah ditutup anjlok 0,28% atau 44,5 poin ke Rp16.220/dolar AS pada penutupan Rabu (17/5/2024).
Penguatan rupiah hari ini, meski belum dapat keluar dari level psikologisnya, antara lain dipicu oleh melemahnya indeks dolar AS yang anjlok 0,13% ke level 105,81.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, kepada Bisnis mengatakan, pelemahan dolar AS pada hari ini dipicu komentar pejabat Federal Reserve yang memperkuat ekspektasi bahwa pengaturan moneter akan tetap ketat untuk jangka waktu yang lebih lama.
CME FedWatch Tool menunjukkan Pasar memperkirakan kalau pemotongan suku bunga The Fed tahun ini sebesar 44 basis poin (BPS), jauh lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 160 bps, dengan bulan September menjadi titik awal terbaru dari siklus pelonggaran.
Para trader sebelumnya memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada Juni 2024, tetapi serangkaian data, termasuk indeks harga konsumen (CPI) dan penolakan dari para bankir bank sentral, telah mengubah ekspektasi tersebut.
Sementara itu, pengambil kebijakan di Bank Sentral Eropa (ECB) terus menyarankan penurunan suku bunga acuan pada Juni karena inflasi masih berada pada jalur untuk turun kembali ke 2% pada tahun depan.
Managing Directors Political Economy and Policy Studies (PEP) Anthony Budiawan menyebut tiga faktor jatuhnya rupiah ke level Rp16.000-an/dolar AS.
"Fundamental ekonomi buruk, neraca transaksi berjalan defisit, ketika investor portfolio menarik investasinya maka rupiah anjlo," kata dia. (rhm)