Jakarta, Harian Umum - Ketua Umum Partai Rakyat Oposisi (PRO) Rustam Effendi menduga kebijakan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia melarang pengecer menjual elpiji 3Kg merupakan tindakan yang bertujuan untuk membunuh karakter Presiden Prabowo Subianto.
Sebab, sebagaimana diketahui, kebijakan yang kemudian dicabut Pranowo itu memicu kelangkaan elpiji 3Kg, sehingga masyarakat harus berbondong-bondong ke pangkalan gas melon tersebut.
Akibat kejadian ini, seorang penjual nasi uduk bernama Yonih (68) di Pamulang, Tangerang, Banten, dikabarkan meninggal dunia akibat kelelahan setelah bolak balik ke dan dari pangkalan elpiji yang berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya, dengan membawa dua tabung gas elpiji 3Kg.
"Menurut saya, pelarangan pengecer menjual gas melon sangat tidak tepat, karena terbukti membuat masyarakat kesulitan mendapatkan gas melon tersebut dan akhirnya antre di pangkalan elpiji," kata Rustam seperti dikutip dari siaran tertulisnya, Jumat (7/2/2025).
Ia mengkritik kebijakan Bahlil itu karena katanya, seharusnya sebelum kebijakan diberlakukan, diuji coba dulu, akan tetapi uji coba itu tidak dilakukan oleh salah satu antek Presiden RI ke-7 Joko Widodo alias Jokowi itu.
"Menurut pandangan saya, tidak mungkin orang sekelas menteri seperti Bahlil, apalagi di era Jokowi dia juga menduduki jabatan menteri ESDM, tidak paham hal semacam itu. Saya menduga ada upaya pembunuhan karakter terhadap Presiden Prabowo yang dilakukan Bahlil dengan cara seolah-olah Presiden terlibat dalam kebijakan itu," imbuhnya.
Apalagi, lanjut Rustam, ia mendapat informasi kalau kebijakan pelarangan pengecer menjual elpiji 3Kg tidak dikoordinasikan dulu dengan Presiden Prabowo.
Rustam menegaskan, sebagai oposisi, pihaknya tidak ingin terjadi sesuatu kepada Presiden Prabowo karena meski belum sepenuhnya yakin bahwa pemerintahan Prabowo akan berbeda dengan pemerintahan Jokowi, akan tetapi dalam beberapa hal, seperti perintah Prabowo membongkar pagar laut, ia merasa ada harapan.
"Kami tidak menginginkan sesuatu terjadi kepada Presiden Prabowo, dan akan menjaga kepemimpinan Beliau selama masih terus berpihak kepada kepentingan rakyat," tegasnya
Karena hal itu, Rustam meminta Presiden agar segera mencopot Bahlil dan menggantinya dengan figur yang bisa sejalan dan seirama dengan Presiden.
"Kalau Prabowo tidak berani mencopot Bahlil, bukan saja Bahlil bisa menjadi duri dalam daging, tapi juga menjadi bukti kalau Prabowo memang berada di bawah kendali Jokowi," pungkas Rustam. (rhm)