Jakarta, Harian Umum - Pakar hukum tatanegara Feri Amsari membongkar adanya mark up atau penggelembungan suara pada Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) yang cenderung menguntungkan Paslon nomor urut 02 Prabowo-Gibran.
Hal itu ia ungkap dalam jumpa pers yang diselenggarakan Gabungan Organisasi Pemantau Pemilu di Jakarta, Sabtu (17/2/2024).
"Dari penelitian kami terhadap Sirekap dengan sampel 12 provinsi, kami menemukan dua pola kesalahan input di Sirekap," kata Feri.
Ia menyebut, salah satu pola kesalahan input itu adalah pola penggelembungan suara untuk ketiga Paslon peserta Pilpres, Paslon nomor urut 01 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), Paslon nomor urut 02 Prabowo-Gibran, dan Paslon nomor urut 03 Ganjar-Mahfud.
Namun, Feri menyebut, penggelembungan suara terbesar adalah untuk Paslon 02 yang angkanya mencapai 80%, sementara penggelembungan suara untuk 01 dan 03 hanya 10%.
"Penggelembungan itu konsisten," katanya.
Feri mengeritik keras aplikasi Sirekap yang digunakan KPU, karena seharusnya, jika angka yang diimput melampaui batas maksimal suara sah di sebuah TPS, yakni 300, maka angka itu seharusnya ditolak.
"Tapi nyatanya tidak, karena angka yang diatas batas maksimal itu pun ternyata masih bisa masuk," katanya.
Feri juga menyebut kalau penggelembungan suara itu antara 300-800 suara per TPS.
Seperti diketahui, sejak petugas KPPS menginput data ke Sirekap, protes telah bermunculan karena angka-angka yang diimput ke Sirekap berbeda dengan di formulir C1 yang mereka unggah ke Sirekap, dan perbedaan itu menguntungkan perolehan suara 02.
Berikut contohnya:
'Halo @KPU_ID gimana nih Kok Malah Gokil banget Aplikasinya ??? Hasil suara 02 berubah dari 62 menjadi 941, aplikasi sirekap kenapa selalu bikin 02 tambah Gemuk ??" protes @Yurissa_Samosir. (rhm)