Jakarta, Harian Umum- Ekonom senior Anwar Nasution mengatakan, anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar karena fundamental ekonomi Indonesia yang sangat lemah, bukan karena faktor global.
"Fundamental ekonomi Indonesia itu lemah sekali. Omong kosong itu kalau pemerintah bilang ekonomi Indonesia kuat," kata dia dalam sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/9/2018).
Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) ini menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan anjloknya nilai tukar rupiah.
Pertama, rasio pajak Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) rendah sekali, hanya 10%. Berbeda dengan negara berkembang lain yang mencapai 20%.
Kedua, pemerintah terlalu banyak mengimpor produk ketimbang ekspor.
"Jadi, apanya yang merdeka negara kita? Ngutang mulu, sehingga sangat rawan terhadap gejolak seperti yang sekarang ini. Semua impor, kedelai saja impor. Itu yang jadi persoalan, maka sangat rawan," tegasnya.
Ketiga, lembaga keuangan di Indonesia masih sangat lemah. Hal itu bisa dilihat dari eksistensi bank-bank milik BUMN yang cenderung kalah oleh eksistensi bank-bank luar seperti Maybank dan lain-lain.
"Empat bank negara semuanya itu 'kampungan', enggak bisa lawan Maybank," jelasnya.
Selain hal itu, tabungan pos juga sudah tidak jalan, sehingga tidak ada lagi bank-bank yang mengembangkan potensi rakyat.
Keempat, setiap tahun jamaah umrah dan haji dari Indonesia selalu terbanyak dibanding negara-negara lain, namun tidak dimanfaatkan untuk mengokohkan ekonomi Indonesia di Makkah dan Madinah.
"Jamaah haji umrah kita terbanyak, tapi apakah di sana ada restoran Padang misalnya? Enggak ada. Ya paling warung-warung kecil. Ini yang salah, ini yang tidak dimanfaatkan dengan betul," tegasnya.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terdepresiasi cukup dalam pekan ini, sehingga melampaui ambang batas prsikologisnya, karena sempat menyentuh 15.100/dolar AS. Ini kejatuhan rupiah paling parah sejak 20 tahun lalu, setelah rupiah sempat menyentuh 14.700/dolar AS saat krisis moneter 1998.
Pemerintah melalui tim ekonominya, termasuk Menkeu Sri Mulyani, mengatakan kalau kejatuhan rupiah akibat pngaruh faktor eksternal. Salah satu yang permah disebut adalah akibat kejatuhan Lira yang merupakan mata uang Turki.
Saat ini mata uang negara itu telah pulih, namun rupiah masih terpuruk. Hari ini, menurut Bloomberg, rupiah berada di kisaran 14.820/dolar AS dalam perdagangan spot antarbank. (rhm)